Huffington Post (25/01) melaporkan peneliti Universitas Tufts mengukur kalori yang terkandung dalam 364 menu restoran, baik restoran berjaringan besar maupun restoran lokal. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Academy of Nutrition and Dietetics ini menemukan 92 persen menu kelebihan kalori dari jumlah harian yang disarankan setiap kali makan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Meski restoran cepat saji paling sering dikritik soal kalori atau porsi, restoran kecil sebenarnya juga sama. Mereka mungkin menyajikan makanan berkalori, bahkan dengan nilai lebih tinggi dari menu restoran cepat saji,” ujar Susan B. Roberts dari Universitas Tufts.
Para peneliti memang tidak mencari tahu mengapa makanan yang diukur begitu berkalori, namun kandungan gula, lemak, dan garam diyakini sebagai penyebab utamanya. Banyak chef restoran menambahkan ketiganya untuk membuat rasa makanan lebih enak.
Sebagai konsumen, warga Amerika dianjurkan mengontrol porsi makan mereka agar tak kelebihan kalori atau energi. Temuan Cornell’s Food and Brand Lab menguatkan hal ini. Peneliti tidak menemukan korelasi antara konsumsi junk food dengan kenaikan berat badan. Mereka justru mengungkap porsi makan-lah yang paling berkontribusi pada epidemi obesitas di Amerika.
Selain mengontrol porsi makan sendiri, William Masters selaku profesor ekonomi makanan di Friedman School mendesak adanya aturan bagi restoran. Mereka diharapkan menyediakan porsi kecil untuk konsumen.
“Konsumen diharapkan bisa memesan menu apapun dalam ukuran lebih tepat. Mereka juga diharapkan dapat makan lebih sering tanpa mengalami kenaikan berat badan,” pungkasnya.
(msa/odi)