Seperti dilansir dari Daily Mail (24/07/15), para peneliti di Universitas Bristol meminta bantuan dari 40 partisipan. Mereka diberi makan sup tomat melalui tabung yang dipasangkan langsung ke dalam mulut. Cara ini dilakukan untuk mencegah peneliti menilai jumlah sup tomat yang dimakan partisipan secara visual.
Sebanyak 400 ml sup tomat dipompa ke dalam mulut partisipan dengan dua tingkat kecepatan berbeda. Pada tingkat kecepatan tinggi, 11.8 ml sup tomat dilahap dalam dua detik kemudian ada jeda selama empat detik. Pada tingkat kecepatan rendah, 5.4 ml sup tomat dilahap dalam satu detik kemudian ada jeda selama sepuluh detik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka yang makan sup lebih lambat mengatakan kenyang lebih lama dibandingkan mereka yang makannya cepat. Partisipan yang makannya lambat juga memperkirakan jumlah sup tomat yang dilahap lebih banyak dari jumlah yang sebenarnya dimakan.
Para peneliti mengatakan butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah dengan makan pelan-pelan membuat keinginan ngemil berkurang. Mereka berspekulasi ketika seseorang berpikir kenyang, maka jumlah makanan yang masuk pun akan berkurang. Namun begitu seseorang mulai makan, jumlah makanan yang masuk akan sama banyaknya dengan ketika orang tersebut merasa lapar.
Dalam penelitian ini, para peneliti juga meminta partisipan yang makan cepat dan lambat untuk mencicipi dua jenis biskuit yaitu custard creams dan chocolate chip cookies. Ini adalah bentuk uji rasa. Hasilnya, kedua grup tetap memakan biskuit kira-kira dalam jumlah sama.
Oleh karenanya dibutuhkan penelitian lanjutan untuk tahu bagaimana pola makan partisipan jika mereka tidak diminta memakan biskuit. Apakah hasilnya tetap sama atau justru mereka yang makan lambat akan makan biskuit lebih sedikit karena rasa kenyangnya bertahan lebih lama.
Ann McDonald, peneliti di Universitas Harvard yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan ketika seseorang mempersepsikan rasa lapar, maka hormon dalam perut berperan menentukan rasa kenyang.
Hormon leptin yang diproduksi sel-sel lemak akan mengirim sinyal ke otak berdasarkan jumlah lemak yang sudah dimakan dan jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Sedangkan hormon lain yang diproduksi lambung mengirimkan sinyal berdasarkan seberapa longgar kapasitasnya.
Penelitian membuktikan hormon leptin bersama hormon lainnya akan berinteraksi menciptakan hormon dopamin yang membuat seseorang senang sekaligus kenyang setelah makan.
Mereka yang makan cepat tidak memberi kesempatan pada hormon tersebut untuk bekerja. Sebaliknya, mereka yang makan lambat, memiliki waktu untuk merasakan sensasi senang dan kenyang setelah makan.
(adr/odi)