Untuk mendapatkan tubuh yang langsing, kebanyakan orang sering memilih diet yang instan. Diet detoks disebut-sebut sebagai diet yang dapat menguras racun dalam tubuh dan juga melangsingkan tubuh dalam sekejap. Amankah diet ini?
Detoks berasal dari kata 'detox' yang merupakan proses detoksifikasi. Hal ini merupakan proses alami tubuh untuk mengeluarkan atau menetralkan racun yang dihasilkan dari fungsi biokimia melalui usus, hati, ginjal, paru-paru, kelenjar getah bening dan kulit.
Sebelumnya, detoks digunakan untuk membantu pengobatan kecanduan alkohol ataupun narkoba. Akan tetapi seiring dengan berkembangnya informasi, istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada program diet, herbal dan metode lain untuk menghilangkan racun yang berasal dari makanan ataupun lingkungan seperti polusi udara.
Untuk menurunkan berat badan atau pembuangan racun tubuh, waktu yang biasanya digunakan untuk melakukan diet detoks adalah sekitar 3-40 hari, tergantung keadaan tubuh seseorang.
Diet ini tergolong fad diet yaitu tipe diet yang memiliki efek samping berbahaya untuk kesehatan sehingga detoksifikasi hanya dibutuhkan bagi penderita keracunan kronis dan harus dilakukan oleh lembaga kesehatan seperti rumah sakit.
“Salah satu contoh metode diet detoks yang menyarankan untuk konsumsi buah-buahan dan sayur saja akan membuat tubuh mengalami malnutrisi karena kedua sumber makanan tersebut hanya dominan mengandung karbohidrat.” jelas Jansen saat diwawancarai oleh Detikfood (06/01/2015).
Menjalankan diet detoks dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, dehidrasi, mual dan lemas. Padahal menurut Jansen, selama kita mengonsumsi makanan alami, menambahkan sayuran dan buah dalam pola makan sehari-hari, membatasi makanan yang diproses berlebihan, rutin olahraga, dan memenuhi asupan cairan tubuh maka sistem pembuangan otomatis akan bekerja dengan semestinya.
(lus/odi)