Konsumsi Sirup Jagung Ternyata Picu Makan Berlebihan

Konsumsi Sirup Jagung Ternyata Picu Makan Berlebihan

- detikFood
Jumat, 28 Jun 2013 08:53 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Cepat sekali lapar? Bisa jadi makanan Anda yang jadi penyebab. Penelitian terbaru di Boston menyebutkan konsumsi karbohidrat olahan bisa memicu lonjakan gula darah. Akibatnya keinginan makan berlebih semakin kuat.

Tubuh biasanya memecah-mecahkan karbohidrat menjadi gula darah atau glukosa. Karbohidrat yang ada dalam bijian utuh dan sayuran memerlukan waktu yang lebih lama untuk dipecah Akibatnya, gula darah lebih lambat naik. Sementara karbohidrat olahan seperti gula, sirup jagung, dan tepung putih menyebabkan lonjakan gula darah.

Tim peneliti dari New Balance Foundation Obesity Prevention Center menyatakan karbohidrat olahan dapat memicu makan berlebihan. Hal ini dihubungkan dengan efek makanan tersebut pada area otak yang mengatur ketergantungan dan kenikmatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk meneliti lebih jauh tentang hal tersebut, tim peneliti melibatkan 12 pria obesitas yang diminta mengonsumsi dua milkshake. Satu mengandung tepung jagung yang indeks glikemiknya rendah sehingga gula darah naik perlahan. Sementara minuman lainnya mengandung sirup jagung yang mempunyai indeks glimek tinggi. Pemanis rendah kalori digunakan supaya rasa kedua minuman sama.

Hasil yang dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition pada (26/06/2013) menyatakan pria yang menerima minuman dengan tingkat glikemik tinggi menunjukkan lonjakan gula darah drastis. Namun, empat jam kemudian kadar gula darah turun drastis dan dilaporkan mereka merasa sangat lapar.

Pada saat yang sama, scan otak magnetic resonance imaging (MRI) dilakukan. Pada orang yang mengonsumsi milkhake dengan sirup jagung menunjukkan aktivitas yang tinggi pada daerah di otak bernama nucleus accumbens. Area ini sering dihubungkan dengan ngidam, dibandingkan pria yang mengonsumsi milkshake dengan tepung jagung.

“Karbohidrat olahan bisa mendorong ngidam makanan berjam-jam setelah konsumsi makanan. Tidak hanya untuk orang obesitas, studi ini bisa diaplikasikan pada orang dengan berat badan normal untuk membatasi makanan dan mencegah makan berlebih,” tutur David Ludwig, selaku co- author dan kepala New Balance Foundation Obesity Prevention Center kepada Live Science (27/07/2013).

(fit/odi)

Hide Ads