Vetsin atau MSG dipakai untuk menambah rasa lezat masakan. Namun, sayangnya konsumsi sering vetsin disebut bikin bodoh. Sebenarnya, bagaimana faktanya?
Bicara soal penyedap rasa, banyak orang langsung teringat pada vetsin atau MSG (monosodium glutamate). Bahan dapur ini sering jadi kambing hitam atas berbagai hal, mulai dari bikin pusing, bikin gemuk, sampai bikin bodoh.
Padahal, sebagian besar anggapan itu hanyalah mitos yang tidak terbukti secara ilmiah. Vetsin sudah digunakan selama puluhan tahun di seluruh dunia sebagai penambah cita rasa gurih alami, atau yang dikenal dengan istilah umami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, beberapa makanan favorit seperti sup instan, keripik, dan saus siap saji tak akan seenak itu tanpa bantuan MSG. Dilansir dari laman Healthline, di balik kemampuannya menghadirkan citarasa lezat, vetsin punya fakta menarik.
Baca juga: Curi 2 Buku Resep Rahasia, Chef Ini Berujung Dipolisikan
Berikut ini 5 fakta menarik tentang vetsin yang sering dianggap bikin bodoh:
Sering disalahartikan, vetsin atau MSG tidak terbukti dapat menyebabkan kebodohan. Foto: Getty Images/Veni vidi...shoot |
1. Vetsin Tidak Bikin Bodoh
Selama bertahun-tahun, isu vetsin bisa merusak otak dan membuat bodoh beredar luas. Banyak yang percaya MSG dapat mengganggu sistem saraf dan memengaruhi kecerdasan, terutama pada anak-anak.
Namun, berbagai penelitian ilmiah hingga kini tidak menemukan bukti yang mendukung klaim tersebut. MSG hanyalah campuran dari natrium dan asam glutamat.
Zat tersebut yang juga secara alami ada dalam makanan sehari-hari seperti tomat, keju, jamur, dan rumput laut. Lembaga internasional seperti FAO (Food and Agriculture Organization) dan WHO (World Health Organization) sudah menyatakan MSG aman dikonsumsi.
2. Glutamat Dihasilkan oleh Tubuh
Bahkan tubuh manusia ternyata memproduksi glutamat secara alami. Glutamat adalah salah satu asam amino yang berperan penting dalam komunikasi antar sel saraf dan proses metabolisme energi.
Glutamat yang berasal dari vetsin dan glutamat alami dalam tubuh sebenarnya tidak berbeda secara kimiawi. MSG hanya berfungsi menambah rasa gurih pada makanan tanpa menimbulkan reaksi berbahaya.
Penelitian menunjukkan konsumsi glutamat dari makanan, termasuk MSG, tidak secara signifikan meningkatkan kadar glutamat dalam darah. Hal ini karena tubuh memiliki mekanisme alami untuk mengatur dan memprosesnya.
3. Chinese Restaurant Syndrome
Istilah "Chinese Restaurant Syndrome" pertama kali muncul pada tahun 1969, ketika seseorang menulis surat ke jurnal medis mengaku merasa pusing dan lemas setelah makan di restoran Chinese. Sejak saat itu, muncul anggapan MSG adalah penyebabnya.
Namun, penelitian ilmiah gagal menemukan bukti yang konsisten tentang sindrom ini. Banyak studi dilakukan dengan metode "blind test" di mana peserta tidak tahu apakah makanan yang dimakannya mengandung MSG atau tidak.
Hasilnya menunjukkan sebagian besar orang tidak merasakan perbedaan apa pun. Artinya, gejala yang dikaitkan dengan MSG kemungkinan besar dipicu oleh faktor lain, seperti stres, lemak tinggi, atau bahkan sugesti.
Justru menambahkan vetsin ke dalam makanan disarankan untuk mengurangi asupan natrium dengan hasil citarasa yang sama. Foto: Getty Images/Veni vidi...shoot |
4. Kandungan Natrium Lebih Rendah dari Garam
Banyak yang belum tahu konsumsi vetsin sebenarnya bisa membantu mengurangi konsumsi garam. Dalam satu sendok teh MSG, kandungan natriumnya hanya sepertiga garam dapur (NaCl).
Karena itu, menggunakan vetsin bisa membuat makanan tetap gurih tanpa perlu menambahkan garam berlebihan. Dalam laman Healthline, bagi orang yang sedang mengontrol tekanan darah atau menjalani diet rendah garam penggunaan MSG justru bisa menjadi alternatif yang lebih sehat.
Rasa umami yang dihasilkan MSG membantu meningkatkan cita rasa alami bahan makanan tanpa harus menambah banyak sodium. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan kombinasi antara sedikit garam dan MSG mampu menghasilkan rasa gurih yang sama dengan jumlah garam yang lebih banyak.
5. Tidak bersifat Adiktif
Rasa umami dari vetsin memang bikin makanan terasa lebih lezat, tetapi banyak orang keliru menganggap hal itu sebagai efek adiktif. Faktanya, MSG tidak memiliki sifat ketergantungan seperti zat adiktif pada rokok atau narkotika.
Sensasi nagih setelah makan makanan gurih lebih disebabkan oleh kombinasi rasa dari lemak, garam, dan gula. Ketika makanan mengandung MSG, otak hanya merespons rasa gurih alami yang menyenangkan. Itu bukan tanda ketergantungan secara kimiawi.
Artinya, keinginan untuk makan makanan mengandung MSG hanya respon normal terhadap rasa yang enak, bukan efek samping dari zat adiktif. Penelitian neurosains membuktikan MSG tidak memengaruhi area otak yang berkaitan dengan kecanduan.



KIRIM RESEP
KIRIM PENGALAMAN