Dalam tradisi kuliner masyarakat Tionghoa, bakpia adalah sejenis jajanan yang biasanya dihidangkan pada perayaan keluarga, seperti ulang tahun orang tua dan anak, acara pernikahan, kumpul keluarga, dan lainnya. Nama asli bakpia adalah adalah tou luk pia yang berasal dari dialek Hokkian. Artinya, kue berisi daging.
Menurut peneliti BRIN Prof M. Alie Humaedi, kata 'bak' pada bakpao, bakso, bakmi, maupun bakpia mengindikasikan atau menunjukkan adanya kandungan daging atau minyak babi pada makanan tersebut. Namun dalam perkembangannya, karena di Indonesia mayoritas masyarakat adalah muslim tentu bahan-bahan pokok maupun cara pengelolaannya mengalami penyesuaian sesuai kaidah muslim alias 'halalan toy yiban'.
"Kata 'bak' kemudian hanya menjadi potongan kata yang merujuk makanan tersebut asal-usulnya berasal dari tradisi kuliner masyarakat Tionghoa," tulis Alie dalam buku 'Babahe Bakpia Pathok 25' dikutip detikFood, Selasa (30/9/2025). Buku setebal 257 halaman itu diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.
Pelopor kue bakpia (tong jiu pia) dengan kandungan daging dan minyak babi adalah Goei Gee Oe. Pada 1948, keluarga ini membuat bakpia skala industri rumahan yang dititipkan ke kedai-kedai kenalannya. Pelanggannya terbatas pada masyarakat Tionghoa. Namun usaha ini bangkrut karena sejumlah sebab pada awal 1970-an.
Pada 1976 Kwik Kwan, satu dari tiga orang yang pernah bekerja di keluarga Goei Gee Oe, memperkenalkan bakpia versi baru yang berisi kacang hijau. Ia melibatkan dua tetangganya yang muslim dalam proses pembuatan, dan memasarkannya di Pasar Kembang dan Pasar Bringharjo, bahkan di Stasiun Tugu dengan kemasan besek.
Dari hari ke hari, bakpia dengan variasi isi kacang hijau mulai dikenal banyak orang. Variasi inilah yang kemudian menjadi 'pakem utama' bahwa bakpia adalah makanan atau kuei berisi kacang hijau.
Makanan ini bukan hanya dirindu kelompok romantisme yang pernah tinggal di Yogya, tetapi juga menjadi oleh-oleh khas yang diburu berbagai kelompok masyarakat. Sekalipun bakpia adalah makanan hibrida, produk budaya hasil persilangan antara tradisi makanan Tionghoa dengan cita rasa warga bangsa Nusantara, ia dianggap bagian tidak terpisahkan dari tradisi kuliner masyarakat Yogyakarta.
Simak Video "Main ke Malioboro, IShowSpeed Sempat Cicipi Jamu dan Bakpia"
(yms/adr)