Hari Tani Nasional menjadi momen tepat untuk menghargai kerja keras petani. Mereka yang menanam padi berjasa menyediakan nasi, makanan pokok Indonesia.
Tanggal 24 September diperingati sebagai Hari Tani Nasional. Momen ini tak sekadar perayaan, tetapi bisa juga menjadi pengingat tentang perjuangan para petani.
Salah satunya peran petani dalam menghasilkan beras lalu menjadi nasi. Perjalanan nasi dimulai dari sawah melalui perawatan, panen, hingga digiling menjadi beras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap langkah membutuhkan ketelitian dan dedikasi tinggi. Beras kemudian didistribusikan ke pasar, toko, dan rumah-rumah untuk kemudian dimasak menjadi hidangan lezat.
Dari sini, nasi sampai ke meja makan di setiap rumah. Bagi orang Indonesia, nasi tidak hanya sebagai makanan pokok, tetapi juga makanan yang memiliki filosofi tersendiri.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut cerita perjalanan nasi dari sawah hingga ke meja makan:
1. Sejarah Nasi di Indonesia
![]() |
Merayakan Hari Tani Nasional berarti menghargai setiap suapan nasi. Setiap hidangan adalah wujud apresiasi terhadap kerja keras dan kontribusi petani.
Nasi telah menjadi makanan pokok Nusantara selama ribuan tahun. Bukti arkeologi menunjukkan padi dibudidayakan di Asia Tenggara sejak 2.000 SM.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia (RI), padi awalnya ditanam di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Tradisi menanam padi diwariskan turun-temurun hingga kini tetap lestari. Sejak abad ke-8, padi menjadi sumber pangan utama kerajaan-kerajaan Nusantara.
2. Filosofi Nasi dalam Budaya Indonesia
Dikutip dari Kemendikbud RI, nasi menjadi simbol kesejahteraan dan identitas budaya. Nasi melambangkan kehidupan, kemakmuran, dan rasa syukur bagi masyarakat Indonesia.
Setiap hidangan nasi menyimpan makna spiritual dan sosial. Menurut Ensiklopedia Budaya Indonesia, masyarakat Jawa bahkan memiliki ritual khusus saat panen padi.
Upacara adat Jawa seperti 'slametan' selalu menyertakan nasi sebagai simbol keberkahan. Sementara itu, nasi kuning menandakan kegembiraan dan keberhasilan.
3. Bagian dari tradisi di Indonesia
![]() |
Tak hanya Jawa saja yang menganggap nasi menjadi bagian dari tradisi dan budaya. Beberapa daerah di Indonesia juga demikian.
Dikutip dari Bali Tourism Board (2023), di Bali, nasi selalu memiliki makna spiritual. Dalam upacara keagamaan, nasi dijadikan sesaji sebagai simbol kehidupan dan persembahan kepada dewa, menegaskan hubungan antara manusia dan alam.
Di Sumatera Barat, masyarakat Minangkabau memiliki tradisi kuliner nasi kapau. Nasi disajikan dengan berbagai lauk khas, menjadi pusat hidangan keluarga dan simbol kebersamaan, lapor Museum Rekor Dunia Indonesia (2022).
Menurut Sulawesi Cultural Heritage (2021), di Sulawesi, nasi kuning atau nasi jaha sering hadir dalam perayaan adat. Nasi ini menjadi simbol rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur serta alam sekitar.
4. Perjalanan Nasi dari Sawah hingga Meja Makan
Proses dimulai dari menanam padi di sawah lalu merawat hingga bulir padi matang. Petani memastikan tanaman sehat agar hasil panen maksimal.
Setelah dipanen, padi dibersihkan, dijemur, dan digiling menjadi beras. Beras kemudian dikemas dan didistribusikan ke pasar atau toko, lapor Kementerian Pertanian RI, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Di rumah, beras dimasak menjadi nasi hangat siap santap. Setiap suapan adalah hasil kerja keras petani dan proses panjang dari sawah ke piring.