Masuk ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda (WBTB) oleh UNESCO, lima minuman dari berbagai negara ini punya ciri khas dan kental akan nilai budaya. Ini daftarnya!
Ketika mendengar kata UNESCO, kebanyakan orang langsung membayangkan situs bersejarah dunia seperti Tembok Besar China, Piramida Mesir, atau Candi Borobudur.
Namun, organisasi internasional ini tidak hanya menjaga bangunan bersejarah. Melalui program Intangible Cultural Heritage atau Warisan Budaya Takbenda, UNESCO juga melindungi tradisi hidup yang diwariskan lintas generasi.
Tradisi itu mencakup musik, tarian, kuliner, hingga cara masyarakat menikmati minuman. Sebab minuman bukan sekadar cairan dalam gelas, melainkan juga cermin pengetahuan, keterampilan, dan nilai kebersamaan yang membentuk identitas suatu bangsa.
Dilansir dari Wset Global (10/09/2025), berikut lima tradisi minuman yang telah resmi diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda dunia.
1. Pembuatan Sake di Jepang
Sake dikenal sebagai minuman nasional Jepang. Namun, lebih dari sekadar minuman beralkohol, sake menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Jepang. Dalam upacara keagamaan Shinto, sake kerap digunakan sebagai persembahan untuk dewa. Dalam pernikahan, sake hadir dalam tradisi san-san-kudo, yaitu ritual minum sake oleh pasangan pengantin sebagai simbol ikatan yang suci.
Pada Desember 2024, UNESCO menetapkan pembuatan sake tradisional sebagai warisan budaya takbenda. Teknik fermentasi sake yang menggunakan jamur koji untuk mengubah pati beras menjadi gula telah diwariskan selama lebih dari 2.500 tahun.
Para pembuat sake disebut toji, yang bukan hanya pengrajin, melainkan juga penjaga tradisi leluhur. Meskipun kini teknologi modern mempermudah produksi, banyak pabrik sake skala kecil masih setia menggunakan metode kuno.
2. Budaya Bir Belgia
Belgia kerap disebut sebagai surga bagi pencinta bir. Negara kecil di Eropa Barat ini memiliki lebih dari 1.500 jenis bir dengan beragam gaya dan rasa. Dari bir lambic yang difermentasi secara alami hingga bir Trappist yang dibuat para biarawan, masing-masing punya cerita panjang dan mendalam.
Pada 2016, UNESCO mengakui budaya bir Belgia sebagai warisan budaya takbenda. Menurut UNESCO, tradisi ini adalah "warisan hidup yang berkontribusi pada kohesi sosial dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang di Belgia."
Budaya bir di Belgia tidak hanya soal minum, tetapi juga menyangkut cara pembuatan, perayaan, dan nilai kebersamaan. Festival bir seperti Belgian Beer Weekend menjadi momen penting di mana masyarakat dari berbagai kalangan berkumpul, mencicipi beragam bir, dan merayakan identitas budaya mereka.
3. Pembuatan Anggur Qvevri di Georgia
Georgia sering disebut sebagai 'cradle of wine' atau tempat lahirnya anggur. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa pembuatan anggur di wilayah ini sudah ada sejak 8.000 tahun lalu, menjadikannya salah satu tradisi minuman tertua di dunia.
Yang membedakan anggur Georgia adalah penggunaan qvevri, yaitu gentong tanah liat berukuran besar yang ditanam di dalam tanah untuk proses fermentasi dan penyimpanan. Metode ini dipercaya menjaga kestabilan suhu dan memberikan karakter khas pada anggur.
UNESCO mengakui tradisi ini pada 2013 sebagai bagian penting dari identitas masyarakat Georgia. Hingga kini, banyak keluarga masih membuat anggur sendiri dengan metode tradisional ini. Anggur bukan hanya produk konsumsi, tetapi juga sarana memperkuat ikatan keluarga dan komunitas, terutama saat perayaan keagamaan atau perjamuan besar.
(sob/adr)