Kopi di Turki bukan sekedar minuman saja, melainkan warisan budaya yang sarat makna dan tradisi. Bahkan kopi juga bisa dijadikan media untuk meramal masa depan.
Selama hampir lima abad, kopi di Turki hadir tak hanya untuk dinikmati, tetapi juga untuk menyatukan orang, menjadi pengiring percakapan, bahkan media meramal masa depan melalui ampasnya.
Disajikan dengan cara khusus menggunakan cezve, kopi Turki menawarkan rasa pekat, lapisan busa tebal dan selalu ditemani segelas air putih serta sepotong manisan lokum.
Bagi masyarakat Turki, secangkir kopi bukan hanya penghilang dahaga, melainkan juga simbol persaudaraan, keramahan, dan kebersamaan.
Dari ritual penyajiannya hingga tradisi membaca cangkir, kopi Turki menyimpan kisah panjang yang masih hidup hingga kini dari ratusan tahun lalu.
Dilansir dari CNN International (04/09/205), berikut lima sejarah menarik seputar budaya ngopi di Turki yang masuk ke warisan budaya UNESCO.
1. Jadi Warisan Budaya UNESCO
Menyebut kopi Turki hanya sebagai minuman biasa jelas mengurangi maknanya. Kopi adalah tradisi sekaligus sejarah panjang yang sudah berusia hampir 500 tahun di Turki. UNESCO bahkan menetapkannya sebagai warisan budaya tak benda yang wajib dilestarikan.
Pasalnya biji kopi tertua ditemukan di Uni Emirat Arab dan diperkirakan berasal dari abad ke-12. Pada pertengahan abad ke-14, peralatan untuk menyajikan kopi sudah muncul di Mesir, Persia, dan Turki.
Perjalanan kopi Turki sendiri bermula dari Yaman pada abad ke-15, ketika para sufi meminumnya untuk tetap terjaga sepanjang malam. Dari sana, kopi masuk ke Kesultanan Ottoman setelah penaklukan Sultan Süleyman pada 1538, lalu dibawa ke Konstantinopel yang kini dikenal sebagai kota Istanbul.
2. Berkembangnya Budaya Ngopi di Turki
Tak lama setelah itu, budaya minum kopi mulai berkembang di Turki. Catatan sejarah menunjukkan pada 1539 sudah ada ruang khusus untuk minum kopi. Lalu pada tahun 1550-an, kedai kopi atau kahvehane bermunculan di Istanbul.
Kopi Turki disajikan dengan cara berbeda dari kopi modern. Kopi ini dimasak menggunakan cezve, panci kecil berpegangan panjang, di atas bara atau pasir panas. Kopi bubuk halus dimasak perlahan hingga menghasilkan rasa pekat dengan lapisan busa yang dianggap tanda kualitas.
Kopi disajikan bersama segelas air putih untuk membersihkan lidah dan sepotong lokum atau manisan khas Turki untuk menyeimbangkan rasa pahitnya. Cara minumnya pun perlahan, tidak boleh terburu-buru sehingga ampasnya mengendap di dasar cangkir.
3. Minum Kopi Sempat Dilarang
Kehadiran kopi sempat menimbulkan pro dan kontra. Beberapa pemimpin agama dan politik khawatir kedai kopi menjadi tempat diskusi berbahaya, bahkan memicu larangan di Mekkah pada 1511 yang berlangsung 13 tahun.
Beberapa sultan Ottoman juga menutup kedai kopi dengan alasan serupa, tetapi tradisi ini tidak pernah benar-benar hilang. Justru, kopi menjadi simbol pertemuan dan kebersamaan.
Hingga kini orang Turki masih menggunakan ungkapan 'ayo ngopi' untuk mengajak orang lain bertemu dan berbagi cerita. Lebih dari sekedar minuman, kopi di Turki menjadi jembatan sosial, baik dalam suasana gembira maupun duka.
Simak Video "Video 'Saling Sikut' Marquez dan Quartararo di Sprint Race MotoGP Catalunya"
(sob/adr)