Matcha yang sedang naik daun disebut-sebut hadir karena ketidaksengajaan. Begini kisah di balik penyajian matcha pertama kali.
Walaupun sama-sama berwarna hijau, matcha dan teh hijau memiliki karakter yang berbeda. Ciri khas rasa pahit dan umami dari matcha justru tengah digandrungi di dunia.
Terutama bagi anak muda, matcha seolah menjadi minuman yang tak boleh dilewatkan. Ternyata kehadiran matcha disebut-sebut berawal dari ketidaksengajaan pada masa lampau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari The Star, Selasa (2/9), matcha konon sudah hadir sejak ratusan tahun silam. Hanya saja proses pemanenannya berbeda dengan praktik produksi matcha di era modern.
Baca juga: S3 Marketing! Penjual Es Legendaris Nyentrik Ini Sukses Hibur Pelanggan
![]() |
Upacara minum teh dengan menghadirkan teh dalam bentuk bubuk memang dipopulerkan pertama kali di Jepang, terutama para Buddha. Lambat laun, berkat khasiat sehatnya, upacara minum teh di Jepang berubah dipercaya sebagai salah satu metode pengobatan.
Praktik menanam matcha yang dilakukan ialah dengan menutupi daun-daun teh dari sinar matahari dan suhu lingkungan guna menjaga warnanya tetap cerah. Faktanya praktik ini dilakukan para petani teh di era terdahulu untuk menghindari daun-daun teh membeku saat musim dingin.
Tetapi saat itu mereka tidak menduga warna daun teh akan semakin hijau pekat dengan rasa yang lebih pekat juga. Sebab proses penutupan daun dari lingkungan membuat pembentukan klorofil dan asam aminonya menjadi lebih maksimal.
Ketika hendak disajikan untuk upacara minum teh, daun-daun yang ditutupi saat musim dingin menampilkan warna yang jauh lebih cantik. Kepekatan warna hijaunya seolah seperti cat hingga diberi nama matcha yang berasal dari matsu (berarti cat) dan cha (berarti teh).
![]() |
Lambat laun teknik menanam teh tersebut dikenal dengan nama oishita-style yang terus dipertahankan hingga sekarang. Teknik menanam teh dengan menutupi daun-daunnya ini yang kemudian menjadi metode penanaman matcha.
Seiring berjalannya teknologi dan pengetahuan, teh-teh khusus untuk membuat matcha sudah dibedakan spesifikasinya. Bahkan tercatat secara khusus pada International Organisation for Standardisation (ISO) serta Japan Tea Central Public Interest Incorporated Association.
Teknologi pertanian yang semakin canggih juga mendukung setiap hasil matcha memiliki rasanya sendiri. Ada yang kuat umaminya, ada yang mempertahankan rasa pahit asli teh, hingga sebagian lain yang menonjolkan rasa khas kacang.
Maka tak heran jika matcha dijual mahal di pasaran mengingat prosesnya yang panjang dan rumit. Waktu yang panjang untuk menanam daun teh dan penggunaan matcha yang hanya menggunakan bagian pucuk juga membuat matcha terancam langka ketika memenuhi permintaan pasar yang terlalu tinggi.
(dfl/adr)