Stigma bahwa kopi sachet bukan kopi sungguhan tak perlu lagi dipercaya. Faktanya kopi sachet tetap dibuat menggunakan biji kopi pilihan.
Jauh sebelum kopi specialty populer, masyarakat Indonesia telah terlebih dahulu mengonsumsi kopi tradisional. Misalnya kopi tubruk atau kopi sachet (kemasan) yang banyak ditemukan di warung-warung kelontong.
Sayangnya, ada anggapan kopi sachet tidak sepenuhnya menggunakan kopi alami. Begitupula dengan kopi instan yang disebut hanya menggunakan essence kopi belaka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengunjungi pabrik kopi milik PT Bumi Boga Laksmi (30/7), tim detikfood melihat sendiri proses pembuatan kopi-kopi kemasan yang dilakukan. Yudha, perwakilan PT Bumi Boga Laksmi menjelaskan stigma kopi sachet yang tidak dianggap sebagai kopi asli.
Baca juga: Jangan Sembarangan! Konsumsi Cuka Apel Ada Waktu Idealnya
![]() |
Perbedaan Kopi Sachet dan Kopi Instan
Sama-sama dikemas, kopi kemasan dan kopi instan tidak bisa disebut sepenuhnya sama. Yudha menyebut proses pembuatan kopi instan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan kopi sachet.
"Jadi sederhananya kopi instan itu seperti kita membuat espresso, tapi dalam skala yang jauh lebih besar, skala industrial. Lalu kemudian espresso tersebut ditampung di sebuah tangki besar kemudian dievaporasi, kemudian di freeze dry, di spray dry, kemudian akhirnya menjadi bubuk-bubuk yang sudah tidak ada ampasnya," kata Yudha saat ditemui di pabriknya di Kabupaten Bogor.
Sementara kopi sachet lebih merujuk lebih luas baik pada kopi tubruk, kopi instan, kopi 2in1, maupun kopi 3in1 yang didistribusikan dalam kemasan. Seringkali kopi sachet lebih awam dikenal oleh masyarakat sebagai kopi yang sudah dicampur, pemanis atau krimer, seperti kopi 2in1 dan 3in1.
![]() |
Proses Pembuatan Kopi Sachet yang Kompleks
Walaupun prosesnya lebih sederhana, tetapi kopi sachet juga melalui perjalanan yang panjang hingga pengemasan. Pertama-tama kopi hijau akan dipanggang dengan tingkat kematangan yang diinginkan, baik medium maupun dark roast.
PT Bumi Boga Laksmi yang bersertifikat ISO22000, HACCP, dan GMP memastikan setiap tahapan pembuatan kopi sachetnya aman dan higienis dengan standar internasional. Begitupula dengan jaminan halal dan keamanannya yang telah tersertfifikasi Halal dan BPOM. Setelah kopi dipanggang, kopi akan ditimbang dan diistirahatkan selama beberapa waktu.
Namun setiap batch pembuatan kopi akan melalui proses quality control pada laboratorium yang tersedia. Semua aspek diperiksa secara rinci, mulai dari warna kematangan kopi, kandungan air, hingga pemeriksaan rasa melalui proses cupping.
Kopi-kopi yang lolos uji kualitas akan masuk dalam tahap penggilingan sebelum proses pencampuran dengan gula, krimer, maupun perisa lainnya.
Pemilihan biji kopi untuk kopi sachet ada di halaman selanjutnya.
![]() |
Pemilihan Biji Kopi Sesuai Produknya
Sering dianggap kopi 'reject', lebih lanjut Yudha mengungkapkan memilih biji kopi untuk kopi sachet sendiri ada kriteria yang dapat disesuaikan. Layaknya kopi specialty, karakter kopi sachet juga dapat diciptakan dari hasil blend baik dari biji kopi, komposisi pemanis, dan bahan tambahan lain.
Pabrik PT Bumi Boga Laksmi dalam sehari mampu memproduksi hingga 17 ton. Seluruh biji kopinya berasal dari kopi lokal yang tersebar di Indonesia, mulai dari Lampung, Toraja, Bajawa, dan masih banyak lainnya.
Ia juga menyayangkan stigma yang menyebut kopi kemasan menggunakan kualitas kopi yang tak layak konsumsi. Sebagai produsen, PT Bumi Boga Laksmi tentu mengatur dan menyesuaikan kualitas kopi yang diproduksi, sehingga salah kaprah jika disebut menggunakan kopi dengan kualitas tidak layak.
"Apakah kualitas kopi sachet itu lebih rendah dari specialty? Jawabannya, iya. Tetapi apakah tidak layak dikonsumsi? Tidak sama sekali. Sangat-sangat layak dikonsumsi," jelasnya.
Menggambarkan secara detail, Yudha mengibaratkan biji kopi seperti daging. Daging berkualitas tinggi seperti wagyu akan cenderung digunakan sebagai steak, sementara untuk bakso jenis daging yang digunakan akan lebih rendah tetapi tetap layak konsumsi.
Begitupula perbedaan antara kualitas kopi specialty dan kopi kemasan. "Bagaimanapun juga ketika kita berbicara tentang selera, tentu no debat ya. Jadi masing-masing orang mempunyai selera, itu no debat," lanjutnya.
![]() |
Kopi Sachet Mengakar pada Masyarakat
Kilas baik jauh ke masa nenek moyang, sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia memang lebih akrab dengan kopi-kopi berkualitas rendah. Apalagi pada era kolonial di mana kopi-kopi tanah air berkualitas tinggi akan diambil dan dikuasai, sementara pribumi hanya mendapat kopi sisa sortir.
Kebudayaan yang mengakar seperti ini yang juga dipercaya Yudha bahwa orang Indonesia tetap akan terikat pada kopi sachet, kopi instan, dan kopi tubruk. Gelombang tiga di mana kopi susu dan kopi specialty mulai digemari tentu menjadi angin segar, tetapi sulit rasanya untuk menghilangkan kebiasaan minum kopi yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam.
"Maka saya bukan berharap untuk kemudian preferensi atau selera kita itu rendah terus ya, tapi kita tidak bisa berjalan sendirian. Market ini ada sekian ratus juta peminum kopi. Maka, saya pro dengan tujuan akhir kopi Indonesia ini harus semakin baik, tapi yang harus kita pahami semuanya adalah bahwa ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kerjasama seluruh pihak," kata Yudha kepada tim detikcom.
Baca juga: Patok Biaya Tambahan Nggak Jelas, Restoran Dituduh 'Scam' Pelanggan
Simak Video "Sharp Microwave Oven: Serbaguna untuk Segala Masakan"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/adr)