Ampo Mendunia! Orang Luar Negeri Bingung Cara Makan Olahan Tanah Liat Ini

Jakarta -

Makanan khas Jawa bernama ampo mendapat perhatian dunia. Namun banyak netizen luar negeri yang bingung memakannya sebab berbahan dasar tanah.

Melalui sejarah yang panjang membuat Indonesia memiliki berbagai kuliner tradisional yang unik-unik. Salah satunya ampo.

Ampo populer disajikan di Jawa Tengah hingga Jawa Timur, khususnya pada kawasan Tuban di Jawa Timur. Dilansir dari detikjogja, Minggu (15/6), ampo sudah dikonsumsi sejak zaman Kerajaan Mataram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu masyarakat Jawa harus berpikir keras menghadapi musim paceklik yang menyebabkan gagal panen di mana-mana. Menelusuri jejak konsumsinya di Yogyakarta, ampo berasal dari tanah yang tak jauh dari Gunung Merapi sehingga memiliki kandungan mineral yang tinggi.

Ampo, makanan khas dari Jawa yang berbahan tanah liat disoroti Taste Atlas. Foto: Instagram/@tasteatlas

Rupanya tak hanya populer di Indonesia, ampo juga mulai dilirik pada kancah internasional. Dilansir dari laman Instagram @tasteatlas, Senin (28/7), ampo terdaftar dalam Taste Atlas sebagai salah satu kudapan tradisional Indonesia.

Taste Atlas sendiri merupakan website kurator kuliner tradisional dari mancanegara yang seringkali menjadi rujukan untuk mengenal suatu budaya kuliner di wilayah tertentu.

"Ada dua tipe ampo: satu yang dibuat untuk dikonsumsi, dan lainnya digunakan untuk memasak guna mengurangi rasa pahit pada bahan-bahan seperti daun pepaya, tidak dimakan tetapi hanya direbus bersama," tulis keterangan pada Taste Atlas.

Namun unggahan ampo pada akun Instagram tersebut justru menuai kontroversi. Video yang telah dilihat lebih dari 219 ribu kali memanen banyak komentar dari netizen luar negeri yang heran dengan bentuk ampo.

Namun banyak netizen luar negeri yang mempertanyakan cara konsumsinya. Foto: Instagram/@tasteatlas

"Aku bingung. Apakah itu tanah yang kotor? Mereka benar-benar memasak dan memakannya? Aku tidak bermaksud menyinggung siapapun tetapi apakah tubuh bisa mencernanya?" tulis salah satu netizen.

"Sepertinya camilan ini hanya untuk pasien pica! (Orang yang memiliki gangguan makan dalam bentuk mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan pada umumnya)," tulis netizen lain.

Namun ada juga netizen asal Jerman yang menyebut praktik serupa juga dilakukan di negaranya. "Di Jerman kami juga mengonsumsi tanah seperti itu, namanya Heilerde," ujar netizen lainnya.

Dilansir dari WebMD, Selasa (29/7), secara data tanah liat banyak digunakan pada praktik pengobatan. Beberapa pengobatan tradisional, khususnya, menggunakan tanah liat untuk mengatasi diare, gangguan pada perut, mulut yang sakit, detoks, dan masih banyak gangguan kesehatan lainnya.