Banyak makanan sejak dulu dipercaya sebagai afrodisiak. Konsumsinya dianggap bisa meningkatkan nafsu seksual.
Sepanjang sejarah, manusia mencari cara untuk meningkatkan vitalitas, kesuburan, dan gairah. Sebelum ilmu pengetahuan berkembang, banyak makanan dianggap sebagai afrodisiak yaitu makanan yang diyakini dapat membangkitkan hasrat seksual atau libido.
Makanan ini dipercaya berdasarkan bentuk, simbolisme, atau mitosnya, bukan karena bukti ilmiah. Kini meskipun tak terbukti secara medis, beberapa makanan masih diliputi reputasi tersebut.
Menariknya banyak makanan yang kini kita anggap biasa justru dulunya dipercaya mampu membangkitkan gairah seksual. Kentang, selada, terong, wortel hingga almond, semuanya pernah dikaitkan dengan daya tarik seksual dalam berbagai budaya.
Mulai dari Mesir Kuno hingga Eropa abad pertengahan. Kepercayaan ini bahkan tercermin dalam sastra, ritual, dan tradisi pernikahan.
Dilansir dari Listverse (22/07/2025), berikut lima makanan populer yang dipercaya sebagai afrosidiak di masa lalu:
1. Ubi
Ubi pernah memiliki reputasi yang jauh dari kesan sederhana seperti yang kita kenal saat ini. Pada abad ke-16 dan 17, ubi diyakini sebagai afrodisiak yang cukup manjur. Keyakinan ini bahkan terekam dalam karya sastra legendaris William Shakespeare, The Merry Wives of Windsor.
Dalam naskah tersebut, tokoh komikal bernama John Falstaff, seorang lelaki yang selalu gagal dalam urusan cinta, mengucapkan doa yang terdengar aneh saat bertemu para wanita di hutan, "Biarlah langit menurunkan hujan ubi."
Meski dikenal sebagai pencinta makanan dan minuman, Falstaff jelas tidak sedang meminta makanan secara harfiah. Doanya itu merupakan permintaan akan keberuntungan, khususnya dalam urusan asmara.
Bagi masyarakat Inggris pada masa itu, ucapan tersebut sangat masuk akal karena ubi memang diyakini dapat meningkatkan gairah dan daya tarik seksual. Falstaff hampir pasti merujuk pada ubi, bukan kentang putih yang baru diperkenalkan dari Amerika beberapa waktu kemudian.
2. Terong
Terong sudah lama digunakan sebagai simbol seksual. Dalam sastra Korea dan haiku Jepang, bentuknya yang menyerupai alat kelamin pria sering digunakan sebagai metafora visual.
Kepercayaan terhadap efek afrodisiaknya tercatat dalam sejarah Asia, Afrika, hingga Eropa. Di Prancis abad ke-16, terong bahkan dijuluki pomme d'amour atau apel cinta.
Namun reputasinya ini bukan hanya karena bentuknya. Terong berasal dari keluarga nightshade, yang juga mencakup tanaman beracun seperti mandrake.
Meskipun telah dibudidayakan selama ribuan tahun, dulu banyak orang percaya bahwa terong bisa menyebabkan berbagai efek samping, dari membangkitkan nafsu seksual, merangsang nafsu makan, memicu demam, membuat orang kehilangan akal, hingga dituding menyebabkan penyakit kusta.
3. Selada
Di era Mesir Kuno, selada memiliki makna yang jauh lebih dalam dibanding sekadar bahan salad. Lukisan di dinding makam kuno menunjukkan bahwa selada diasosiasikan dengan Min, dewa kesuburan Mesir.
Dalam penggambarannya, Min digambarkan selalu dalam kondisi siap secara seksual. Hal ini dipercaya karena seladanya yang membuatnya demikian.
Alasannya tak lepas dari tampilan selada yang tumbuh tegak dan kokoh. Saat dipatahkan, terutama pada jenis selada romaine, akan keluar cairan putih seperti susu. Ciri inilah yang menguatkan asosiasi simbolisnya dengan kehidupan seksual. Meski belum terbukti secara ilmiah bisa meningkatkan stamina seksual, selada mengandung vitamin A yang penting bagi sistem reproduksi pria dan wanita.