Supermarket di Estonia ini punya batu raksasa berusia 10.000 tahun yang terletak di antara rak makanan. Batu ini bukan sekedar dekorasi, melainkan warisan alam yang dilestarikan.
Sebuah supermarket di Haabneeme, Estonia jadi perbincangan karena ada batu raksasa di tengah-tengah area belanja. Uniknya batu tersebut bukan dipajang sebagai dekorasi, melainkan memang sudah ada jauh sebelum bangunan supermarket berdiri.
Dengan luas keliling sekitar 22 meter dan tinggi mencapai 6 meter, batu besar ini berada tepat di antara rak-rak berisi aneka makanan dan produk makanan kaleng di supermarket Viimsi Shopping Centre.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari OddityCentral (17/07/2025), batu tersebut bukanlah elemen dekoratif biasa, melainkan peninggalan geologis yang diperkirakan telah berada di lokasi itu sejak lebih dari 10.000 tahun lalu tepatnya sejak berakhirnya zaman es terakhir.
![]() |
Keberadaan batu tersebut sebenarnya baru terungkap ketika para pekerja menggali pondasi bangunan pada September 2014. Awalnya, batu itu hendak dihancurkan untuk mempermudah proses pembangunan. Namun rencana itu memicu penolakan dari warga sekitar yang menganggap batu tersebut terlalu berharga untuk dimusnahkan.
Setelah diteliti lebih lanjut oleh para ahli geologi, batu itu diklasifikasikan sebagai erratic boulder, yaitu batu besar yang terbawa oleh gletser dari lokasi asalnya dan tertinggal saat gletser mencair.
Karena memiliki komposisi yang berbeda dari batuan lokal, batu jenis ini dianggap penting dalam studi geologi dan sering kali memenuhi syarat untuk dilestarikan.
Penolakan warga Haabneeme terhadap penghancuran batu raksasa tersebut membuat pengembang proyek mengubah rencana pembangunan. Saat itu menggeser lokasi supermarket dianggap tidak memungkinkan karena dana yang telah dikucurkan terlalu besar.
![]() |
Akhirnya diputuskan bahwa bangunan akan dibangun mengelilingi batu tersebut, menjadikannya bagian tetap dari interior supermarket. Ketika supermarket Viimsi Shopping Center resmi dibuka satu dekade lalu, batu itu sempat dianggap mengganggu estetika supermarket.
Namun seiring berjalannya waktu, kehadiran batu ini justru menjadi ikon supermarket dan diterima bahkan diapresiasi oleh pengunjung. Pengelola supermarket pun berinisiatif menjadikan batu tersebut sebagai bagian dari ruang seni, dengan menampilkan karya-karya visual di sekelilingnya.
Kini batu bersejarah itu tidak hanya menjadi elemen ikonik dari pusat perbelanjaan tersebut, tapi juga menjadi ciri khas dari supermarket yang menjadi daya tarik pengunjung untuk mampir dan belanja di sana.
(sob/adr)