Banyak foodies yang senang memotret makanannya sebelum disantap. Ternyata, menurut psikolog, ada makna di balik kebiasaan memotret makanan.
Tren makanan tak hanya memunculkan kuliner viral yang banyak diburu, tapi juga kebiasaan memotret makanan sebelum dinikmati. Hal ini seolah menjadi ritual wajib bagi para milenial dan Gen-Z untuk 'memberi makan' media sosial mereka.
Menilik dari sisi psikologi, ada beberapa makna yang dapat diartikan dari rutinitas memotret makanan sebelum dimakan. Hal ini diungkapkan melalui laman VegOut.mag.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Tips Jajan Nyaman di PRJ 2025, Siapkan Uang Tunai!
Berikut 5 arti kebiasaan memotret makanan menurut psikolog:
![]() |
1. Keinginan Mengendalikan
Merujuk pada penelitian yang dipublikasi dalam Personality and Social Psychology Review, keinginan memotret berhubungan erat dengan mengabadikan momen.
Memotret diibaratkan dengan membekukan suatu kenangan. Hal seperti ini dilihat oleh ahli psikologi sebagai keinginan untuk mengendalikan bagi foodies yang senang melakukannya.
Perilaku seperti ini disebut sebagai micro-ritual bagi seseorang yang merasa tetap ingin memiliki kendali di tengah hiruk pikuk dunia. Konon cara ini juga berdampak menurunkan stres bagi sebagian besar orang.
2. Mengenali Diri Sendiri
Sekilas, memotret makanan sebelum disantap hanya sekadar rutinitas yang dilakukan seseorang. Ternyata psikolog punya pandangan yang lebih dalam terhadap fenomena tersebut.
Merekam momen melalui memotret makanan menjadi cara yang bisa dilakukan untuk melacak emosi. Pernyataan ini sejalan dengan beberapa orang yang kerap membagikan comfort food mereka ketika sedang stres atau sedih.
Dr. Susan Shitbourne, professor psikologi dari University of Massachusettes, mengungkapkan bahwa foto sering digunakan untuk mengenali diri sendiri. Foto dapat menjadi penanda dan pengingat terhadap emosi yang dirasakan saat mengambilnya.
Foto yang tidak diunggah pada media sosial sekalipun, dan hanya disimpan, termasuk sebagai arsip berharga untuk mengenali diri sendiri. Melalui foto makanan foodies dapat mengingat kapan, di mana, dan bagaimana perasaannya ketika menikmati hidangan tersebut.
Arti kebiasaan memotret makanan lainnya berlanjut pada halaman berikutnya.
3. Menghargai Hal Kecil
Ada beberapa alasan mengapa seseorang gemar memotret makanannya sebelum disantap. Baik karena makanan favoritnya, keinginan berbagi tempat makannya, atau sekadar karena tampilan makanannya menarik.
Alasan-alasan tersebut juga diartikan oleh psikolog sebagai bentuk menghargai hal-hal kecil. Dalam psikologis, sifat ini diistilahkan sebagai 'savoring' atau 'menikmati'.
Pada sebuah penelitian, orang yang berhenti sejenak untuk memerhatikan hal kecil, seperti memotret, memiliki hidup lebih sejahtera. Mereka memiliki kepuasan hidup yang lebih tinggi sebab dapat menghargai hal-hal yang kecil dan terkesan remeh.
![]() |
4. Sensitif
Foto tidak hanya mengabadikan gambar, tapi erat kaitannya dengan bagaimana seseorang berhubungan erat dengan emosinya.
Dalam psikologi ada kondisi yang disebut dengan memori asosiatif. Contohnya ketika melihat sebuah foto makanan tertentu, foodies akan mengingat kembali aroma dan rasa dari hidangan yang telah dinikmatinya.
Ada keterikatan emosional yang kemudian muncul ketika bernostalgia dengan momen makan tersebut. Sehingga tidak hanya mendokumentasikan kalori dalam makanannya, tetapi juga perasaan yang hadir ketika menikmati makanan tersebut.
5. Mudah Cemas
Namun pada satu sisi psikolog juga melirik adanya kecenderungan kecemasan pada foodies yang gemar memotret makanan.
Dalam istilah psikologi kondisi ini disebut sebagai kecemasan memori. Kondisinya ditandai ketika seseorang khawatir atau merasa tidak nyaman jika melupakan sesuatu dalam hidupnya.
Termasuk sebagian orang yang cara mengingat tempat makan dan menu favoritnya melalui foto. Setelah cukup mengabadikan foto makanan, psikolog menyarankan untuk fokus makan tanpa menggunakan ponsel.