5 Tradisi Makan Bersama Khas Melayu Ini Populer di Indonesia

Kuliner Melayu Populer

5 Tradisi Makan Bersama Khas Melayu Ini Populer di Indonesia

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Sabtu, 03 Mei 2025 17:00 WIB
Tradisi Saprahan Kalimantan Barat
Foto: detikcom
Jakarta -

Kuliner Melayu punya ciri khas dari segi penggunaan bahan dan bumbunya. Tak hanya itu, kuliner tersebut juga kerap dinikmati dengan mengikuti tradisi yang populer sampai sekarang.

Kuliner Melayu merupakan warisan kuliner dari suku atau etnis Melayu yang banyak ditemukan di negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia. Ciri khasnya ada pada penggunaan aneka rempah dan santan. Cita rasa hidangannya juga cenderung pedas dan gurih.

Beberapa kuliner Melayu populer adalah nasi lemak, nasi kandar, rendang, sate, gulai, hingga kangkung belacan. Belum lagi aneka kue basah dan camilan khas yang seolah tak terhitung jumlahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keanekaragaman jenis kuliner Melayu juga diiringi dengan tradisi menikmatinya. Tradisi ini masih bertahan sampai sekarang di beberapa daerah dengan cerita unik di baliknya, seperti saprahan dan bajamba.

Melansir berbagai sumber, ini 5 tradisi makan khas Melayu yang populer di daerah Indonesia:

ADVERTISEMENT

1. Saprahan

Tradisi Saprahan Kalimantan BaratFoto: detikcom

Suku Melayu juga mendiami wilayah Kalimantan, termasuk Kalimantan Barat. Di sini terdapat budaya makan bersama yang dikenal dengan istilah saprahan. Konon sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Saat ke Singkawang (23/1/2023), detikfood berjumpa dengan pegiat budaya saprahan bernama Agus. Ia mengatakan filosofi saprahan adalah "Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Saprahan tidak melihat orang kaya maupun orang miskin." Tradisi ini banyak ditemukan di Kabupaten Sambas.

Saprahan menghadirkan 6 makanan yang melambangkan rukun iman menurut kepercayaan orang Islam. Pada budaya saprahan, semua orang yang bergabung akan berebut mengambil lauk makan pada piring-piring yang disajikan.

Semua orang harus duduk bersila melingkar pada satu alas yang disiapkan untuk meletakkan makanan. Saat menyantap makanan, wajib pakai tangan, bukan dengan bantuan sendok atau garpu. Menunya antara lain opor ayam, paceri nanas, pindang ikan, semur daging, hingga sambal goreng kentang.

2. Makan Berhidang

Mengutip Riau Online, makan berhidang merupakan salah satu tradisi masyarakat Melayu di Provinsi Riau. Sering juga disebut makan beradap. Tradisi ini masih populer di Kampung Melayu Sungai Mempura, Kabupaten Siak.

Biasanya makan berhidang dilaksanakan dalam acara pernikahan atau kenduri. Menunya mulai dari nasi, lauk pauk seperti ikan, ayam, sambal dan sayuran. Juga ada ulam atau lalapan.

Cara menikmati makan berhidang sederhana dimana orang-orang yang hadir makan bersama tidak memerlukan meja. Mereka makan di lantai dengan duduk bersila. Makanannya dihidangkan menggunakan talam dan ditutup tudung saji.

3. Bajamba

bajambabajamba Foto: Devi S. Lestari/detikFood


Kalau dari wilayah Minangkabau, Sumatera Barat, ada bajamba yang merujuk pada tradisi makan bersama dalam wadah besar. Bajamba punya makna kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas antar sesama.

Makan bajamba dilakukan dengan duduk bersama di lantai dalam posisi melingkar. Biasanya terdiri dari 4 orang. Nantinya bakal ada wadah besar (jamba) berisi makanan yang akan dimakan bersama-sama.

Menu wajibnya antara lain rendang, gulai itik, dan gulai sayur nangka atau rebung. Lalu ada juga aneka camilan khas Minang, seperti pinyaram, kelamai, kue loyang, dan lapek.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

4. Tradisi hadap-hadapan

Tradisi makan khas suku Melayu juga ada usai suami istri menikah. Populer dilakukan oleh masyarakat suku Melayu Deli dengan nama tradisi hadap-hadapan. Prosesi ini melibatkan keluarga mempelai pria dan wanita.

Menunya berupa nasi dengan ayam panggang utuh. Menu ini diletakkan di dalam wadah berhias bunga yang terbuat dari makanan seperti permen, manisan, dan berbagai kue dengan ragam jenis.

Tradisi ini bermula dari kebiasaan yang dilakukan di lingkungan kerajaan Melayu dan telah mengakar dan membudaya pada suku Melayu. Tujuannya adalah menjalin hubungan dan komunikasi bagi kedua mempelai.

5. Makan Bejenang

Makan Bajamba Selepas Prosesi Pelantikan Ketua Kerapatan Adat Nagari dan Bundo Kanduang di Kota Payakumbuh. Sumatra Barat. (Gilby Zahrandy/detikSumut)Ilustrasi Foto: (Gilby Zahrandy/detikSumut)

Budaya makan bejenang dapat dijumpai di Bengkulu. Mengutip RRI, tradisi makan bersama ini sering dijumpai dalam acara pernikahan atau adat. Prinsip utamanya adalah kebersamaan dan kesetaraan. Ketua Bejenang tidak diperbolehkan berhenti makan sebelum semua peserta selesai.

Untuk persiapannya, lauk pauk bakal disusun rapi secara bergantian. Isinya lauk, sayur, lalu kembali ke lauk lagi, dan sayur lagi di sebelahnya. Kue dan buah juga disertakan dalam jumlah genap. Jumlah genap melambangkan keseimbangan atau makna khusus dalam tradisi tertentu.

Dalam makan bejenang juga dihadirkan simbol penting, seperti sirih yang melambangkan 5 rukun Islam. Lalu ada pinang dan gambir sebagai simbol persatuan dan kebersamaan. Hingga 7 batang rokok yang melambangkan surat Al-Fatihah yang terdiri dari 7 ayat.

Halaman 2 dari 2
(adr/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads