Cokelat Dubai Masih Populer, 4 Hal Ini Bisa Membuatnya Tidak Halal

Cokelat Dubai Masih Populer, 4 Hal Ini Bisa Membuatnya Tidak Halal

Tim detikFood - detikFood
Sabtu, 15 Mar 2025 13:00 WIB
Pengadilan Jerman: Cokelat Dubai Harus Diproduksi di Dubai
Foto: DW (News)
Jakarta -

Kepopuleran cokelat Dubai menginspirasi banyak gerai lokal untuk ikut memproduksi. Namun, ada beberapa hal ini bisa membuatnya tidak halal.

Cokelat Dubai viral sejak pertama kali ditawarkan oleh Fix Dessert Chocolate. Salah satu varian yang viral adalah yang isinya kunafa pistachio.

Dikutip dari Drizzle and Drip, cokelat Dubai dibuat dengan cokelat couverture berkualitas baik yang dilelehkan pada suhu kecil (30-45 Β°C) di waktu yang singkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cokelat tersebut terbuat dari campuran cocoa mass dan cocoa powder, sehingga saat dilelehkan hasilnya mengkilap dan renyah. Kemudian diisi dengan krim pistachio dan kataifi.

Sekilas jika dilihat dari bahan-bahannya, memang tak ada yang merujuk pada bahan-bahan yang non halal. Namun, tetap ada beberapa hal yang menjadi titik kritisnya.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari Halal MUI (12/03/25) berikut faktanya!

1. Cokelat bisa tidak halal

cokelat dubaiCokelat Dubai ilustrasi. Foto: Getty Images/Esin Deniz

Cokelat yang dipakai berasal dari tanaman kakao atau Theobroma cacao, L. Cokelat tersebut diproses secara fisik dengan penggunaan alkali.

Yang harus dicermati cokelat olahan memakai bahan tambahan, seperti emulsifier, perisa, dan gula. Cokelat yang menggunakan perisa alkohol rhum dan emulsifier dari hewan haram sudah pasti tidak dapat dikonsumsi.

Selain itu, gula berfungsi sebagai pemanis sekaligus pengawet memang terkesan tidak berbahaya, karena umumnya berasal dari nira tanaman tebu.

2. Kandungan zat dalam gula

Namun, gula dihasilkan melalui proses ekstraksi, pemurnian, evaporasi, kristalisasi, sentrifugasi, dan pengeringan. Proses pemurnian gula merupakan titik kritis halalnya.

Biasanya, karbon aktif atau resin penukar ion yang biasa digunakan sebagai agen filtrasi dapat berasal dari bahan turunan hewan. Karbon aktif dapat berasal dari tumbuhan, batubara, bahan kimia, atau tulang hewan

Pada resin penukar ion perlu diperhatikan apakah menggunakan gelatin sebagai agen dispersant, karena gelatin dapat berasal dari tulang hewan.

Selain itu, apabila proses pembuatan gula menggunakan produk mikrobial, maka harus dipastikan media yang digunakan halal dan tidak tercemar najis.

Fakta kehalalan cokelat Dubai ada di halaman selanjutnya.

3. Lemak dalam kunafa pistachio

Cokelat DubaiCokelat Dubai Foto: Getty Images

Kunafa pistachio pada isian cokelat Dubai biasanya dicampur dengan tahini atau biji wijen yang digiling dan terkadang dicampur dengan minyak zaitun.

Sementara itu, kataifi dibuat dari adonan tepung terigu, tepung maizena, minyak zaitun, garam, dan air. Lalu dimasak dengan aliran adonan yang sangat tipis sehingga membentuk serabut seperti bihun.

Umumnya, kunafa dimasak menggunakan campuran mentega. Pada dasarnya, mentega adalah produk emulsi air dalam minyak, sehingga untuk dapat bercampur dengan baik dibutuhkan emulsifier.

Emulsifier yang sering dipakai adalah senyawa mono- atau di-gliserida yang dihidrolisis dari senyawa lemak. Apabila berasal dari lemak hewani, maka dapat berasal dari lemak babi atau lemak hewan halal yang tidak disembelih secara syar'i.

Jika berasal dari nabati, perlu diperhatikan penggunaan agen hidrolisis lemak untuk menjadi senyawa gliserida, yang dapat berasal dari enzim hewan haram, seperti porcine pancreatic lipase yang dihasilkan oleh pankreas babi.

4. Bahan fortifikan tepung terigu

Kataifi terbuat dari campuran tepung terigu. Tepung terigu menggunakan bahan baku gandum yang jelas kehalalannya. Namun, dalam prosesnya sering dilakukan fortifikasi untuk menambah kandungan vitamin dan mineral.

Fortifikan yang umum digunakan adalah zat besi (Fe), seng (Zn), vitamin B1, vitamin B2, dan asam folat. Fortifikan vitamin ini dapat dihasilkan dari proses biotransformasi atau sintesis kimiawi.

Proses biotransformasi menggunakan mikroorganisme yang diperbanyak dalam suatu media pertumbuhan. Proses ini memerlukan sumber karbon dan sumber nitrogen, sehingga media pertumbuhan bisa berasal dari hewan haram maupun hewan halal yang tidak disembelih sesuai syariat.

Selain iut, fortifikan lain seperti asam amino L-sistein juga biasa digunakan sebagai pelunak gluten gandum. L-sistein bisa berasal dari hasil ektraksi rambut manusia, ekstraksi bulu binatang, dan dari produk mikrobial.

Jika L-sistein yang berasal dari rambut manusia jelas berstatus haram. Hal ini berdasarkan Fatwa MUI No. 2/MUNAS VI/MUI/2000 tentang penggunaan bagian tubuh diharamkan. L-sistein dari bulu binatang perlu ditelusuri lebih lanjut.

Untuk bulu domba dapat diambil saat masih hidup, namun unggas akan kesakitan apabila diambil bulunya sehingga harus disembelih terlebih dahulu, penyembelihan ini harus sesuai syariat.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Unik! Cokelat Telur Paskah Bertema Olahraga Jelang Olimpiade Paris"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)

Hide Ads