Beberapa orang merasa aneh atau canggung saat harus makan sendirian di restoran, padahal praktik ini membawa beberapa manfaat untuk kesehatan mental. Salah satunya melatih percaya diri!
Makan sendirian atau 'solo dining' disukai orang karena beberapa alasan, misalnya mereka yang ingin 'me time' tanpa ada interaksi dengan orang lain. Lalu ada juga yang suka makan sendirian karena merasa lebih praktis.
Namun, beberapa orang menganggap makan sendirian adalah hal yang aneh atau tabu. Bahkan ada yang merasa tak nyaman saat harus menikmati makan seorang diri. Mereka merasa terintimidasi dengan tanggapan dari lingkungan sekitar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya, makan sendirian di restoran semakin banyak dilakukan orang-orang di Amerika Serikat. Perusahaan reservasi restoran online, OpenTable, menemukan 60% orang makan sendirian di restoran dalam 12 bulan terakhir. Untuk pengunjung Gen Z atau Millennial, jumlahnya jadi 68%!
Ahli gizi sekaligus psikologi Dr. Supatra Tovar mengatakan makan sendirian juga semakin diminati setelah masa pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu. Makan seorang diri saat itu adalah kebutuhan dan akhirnya dinamika sosial soal makan sendirian berubah.
Kepada HuffPost (25/9/2024), Tovar juga mengungkap 3 manfaat makan sendirian di restoran:
1. Mendorong mindful eating
![]() |
Salah satu keuntungan terbesar dari makan sendirian adalah orang-orang menjadi lebih perhatian akan makan mereka. Tovar menjelaskan, "Saat kita makan sendiri, kita memiliki kesempatan untuk melatih kesadaran, benar-benar berfokus pada rasa, tekstur, dan pengalaman dari makanan kita tanpa gangguan eksternal."
Tovar juga bilang makan sendirian bantu seseorang meningkatkan kualitas hubungan mereka dengan diri sendiri. Dengan begitu, seseorang bisa mengenali isyarat lapar dan kenyang lebih baik, yang pada akhirnya mendorong hubungan yang lebih sehat dengan makanan.
Dr. Cortney Ware, seorang psikolog klinis menambahkan, saat makan sendirian seseorang punya kesempatan yang luar biasa untuk mengeksplorasi diri sendiri, memahami diri sendiri, dan menantang diri sendiri.
Beberapa makanan cocok untuk disantap sendirian, seperti sushi di restoran omakase. Chef Shingo Akikuni mengatakan konsep omakase dimana chef menyajikan menu secara personal pada pengunjung, memiliki suasana yang menyenangkan karena bersifat interaktif.
Makan sendirian juga bisa membuat seseorang lebih mandiri dan melatih percaya diri. Baca halaman selanjutnya.
2. Lebih mandiri
Saat makan sendirian, satu-satunya orang yang harus diakomodir adalah diri sendiri sehingga kamu bisa lebih mandiri. Kamu bisa benar-benar mempertimbangkan makanan apa yang ingin dimakan hingga suasana restoran apa yang diinginkan.
"Ini bisa sangat membebaskan bagi mereka yang memiliki kebutuhan atau preferensi diet tertentu," kata Tovar, terutama jika kamu vegetarian atau vegan, atau memiliki alergi gluten.
Makan sendirian juga membuat kamu punya kuasa penuh untuk menentukan menu yang dipesan. Tidak seperti ketika makan bersama orang lain dimana pesanan orang lain bisa memengaruhi.
Dr. Charles Spence di Universitas Oxford mengungkap bahwa ketika kamu makan bersama orang lain, maka ada kecenderungan orang yang memesan kedua atau setelahnya memilih menu berbeda dari yang sudah dipesan. Sementara saat makan sendiri, berarti pilihan kamu tidak akan dipengaruhi oleh orang-orang yang tengah makan bersama denganmu.
3. Melatih percaya diri
![]() |
Studi tahun 2021 terhadap mahasiswa universitas Korea Selatan dan makan sendirian di Jurnal Internasional Penelitian Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat menemukan bahwa mahasiswa yang makan sendirian tidak mengalami dampak negatif dari makan seorang diri, tapi sebaliknya merasakan dampak positif.
Kesendirian itu dianggap dapat digunakan secara konstruktif untuk mengembangkan keterampilan kognitif dan emosional. Mereka yang makan sendiri cenderung lebih menikmati waktu, melihat seluruh pengalaman secara positif, dan cenderung tidak merasa kesepian atau bosan.
Bahkan bagi mereka yang masih ragu makan sendirian, dapat merasakan manfaatnya. Warren menjelaskan, "Ketika kita menantang diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak nyaman dan muncul setelah melakukannya, itu sering kali meningkatkan kepercayaan diri kita. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kita dapat melakukan hal-hal baru yang terasa sulit dan menjadi lebih kuat karenanya."