Astronot yang bekerja di luar angkasa tidak boleh makan makanan sembarangan. Terdapat 5 jenis makanan yang para astronot perlu hindari karena alasan ini.
Pekerjaan di luar angkasa memiliki konsekuensi lebih serius. Para astronot di luar angkasa tidak bisa menikmati semua makanan seperti halnya ketika berada di bumi.
Makanan-makanan yang biasa dimakan juga sudah dikemas beberapa bulan sebelumnya. Selain itu, astronot harus mencari tahu cara makan yang tepat dalam gravitasi mikro yang menyebabkan makanan dan peralatan makan dapat mengapung dari piring,
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun terdapat kemajuan dalam teknologi pangan, tetapi tidak semua makanan aman dikonsumsi di luar angkasa. Terdapat sejumlah makanan yang sangat buruk.
Melansir huffpost.com (16/07/2024), berikut 5 jenis makanan yang disarankan para ahli untuk tidak dikonsumsi di luar angkasa.
1. Makanan yang berisiko tinggi keracunan
![]() |
Kloreis, ahli luar angkasa mengungkap tidak ada yang lebih menyedihkan daripada muntah di orbit. Pasalnya, gravitasi mirko akan membuat segalanya sangat berantakan dan bau.
Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan risiko keracunan. Makanan itu termasuk daging, atau makanan laut yang kurang matang, produk susu yang tidak dipasteurisasi, serta buah dan sayuran yang tidak dicuci.
Kloreis mengungkap stasiun luar angkasa internasional tidak punya lemari pendingin khusus untuk makanan, sehingga semua makanan perlu disimpan dalam keadaan stabil.
Menurut NASA, ada sejumlah kategori umum makanan yang dapat dimakan astronot. Opsinya mulai dari makanan yang dapat dihidrasi ulang, seperti oatmeal, nasi, ramen.
Makanan yang distabilkan secara termal diproses dengan panas juga bisa dikonsumsi, seperti ikan kaleng, buah, dan sayuran. Makanan dengan kadar air sedang yang sebagian airnya telah dihilangkan, seperti buah kering dan selai juga bisa dimakan.
Semua makanan yang dibawa ke luar angkasa juga dipastikan sudah diuji keamanannya dan dicicipi sendiri oleh para astronot.
2. Makanan siap saji ala militer (Ransum)
![]() |
Ransum militer memang praktis, tetapi bisa menimbulkan malapetaka besar di luar angkasa.
Makanan ini mengandung kadar garam dan lemak tinggi yang memang baik bagi petugas militer, karena menyediakan garam pengganti elektrolit yang sudah mereka keluarkan akibat aktivitas fisik.
Namun, kadar garam tinggi ini tidak cocok bagi para astronot di luar angkasa. Menurut Kloreis, kadar garam tinggi dapat memperburuk salah satu efek samping dari gravitasi mikro.
Tanpa dorongan gravitasi yang konstan, manusia diketahui dapat kehilangan kepadatan tulang saat berada di luar angkasa. Garam di dalam makanan itu yang dapat memperparah pengeroposan tulang.
Makanan lain yang dihindari astronot untuk dimakan bisa dilihat pada halaman selanjutnya!
3. Makanan yang renyah
![]() |
Makanan renyah, seperti keripik kentang memang menjadi camilan nikmat. Namun, kondisinya akan berbeda ketika dimakan di luar angkasa.
Kerupuk, roti, atau makanan lain yang menghasilkan remah-remahan berisiko di luar angkasa.
Di bumi, remah-remahan jatuh begitu saja ke lantai. Namun, di luar angkasa remah-remahan itu mengapung dan menciptakan kekacauan.
Jordan Bimm, sejarawan luar angkasa dan profesor komunikasi sains di Universitas Chicago mencatat, remah-remahan dapat masuk ke dalam filter udara.
Membawa makanan ini ke dalam pesawat luar angkasa juga bisa menimbulkan masalah. Salah satu contohnya pada tahun 1965, astronot John Young mendapat masalah karena menyelundupkan sandwich daging kornet ke pesawat luar angkasa di Gemini III.
4. Makanan hambar
![]() |
Tidak ada yang menyukai makanan hambar, tetapi ini merupakan masalah khusus di luar angkasa.
Menurut Dr, Michael Harrison, kepala staf medis untuk Axiom Space, para astronot seringkali merasakan hidung tersumbat dan wajah terasa sesak. Hal tersebut memengaruhi indera penciuman dan perasa mereka.
Saus pedas, seperti Tabasco atau Sriracha merupakan tambahan favorit astronot karena bisa menambah cita rasa kuat pada makanan mereka.
Oleh karena itu, makanan yang dibawa ke luar angkata tidak boleh hambar maupun terlalu asin.
5. Alkohol
NASA dan Stasiun Luar Angkasa Internasional telah melarang alkohol. Ahli Kloreis mencatat larangan tersebut awalnya karena masalah keselamatan.
Mereka tidak ingin pilot mabuk berat di dalam pesawat luar angkasa yang rumit. Kerusakan properti di luar angkasa juga akan menjadi masalah besar.
Tidak hanya karena itu, seiring berjalannya waktu, NASA juga mengetahui bahwa saat mendaur ulang air dan udara, etanol dalam alkohol tidak akan rusak. Menurut Kloreis, ketika etanol masuk ke udara, ia menjadi polutan dalam sistem udara dan kemudian sistem air.
Terlepas dari efeknya untuk para pilot atau astronot, alkohol juga tidak baik untuk sistem udara dan air di luar angkasa.