5 Racikan Minuman Tradisional Indonesia Terburuk versi TasteAtlas

5 Racikan Minuman Tradisional Indonesia Terburuk versi TasteAtlas

Diah Afrilian - detikFood
Sabtu, 27 Jul 2024 06:00 WIB
5 Racikan Minuman Tradisional Indonesia Terburuk versi TasteAtlas
Foto: TasteAtlas
Jakarta -

Situs kurator kuliner dunia asal Kroasia menilai beberapa racikan minuman asli Indonesia. Ternyata ada daftar minuman terburuk yang diisi dengan racikan ini.

TasteAtlas menjadi situs kurasi makanan yang sering dijadikan rujukan bagi foodies seluruh dunia. Rekomendasi makanan di seluruh negara, makanan-makanan terenak di dunia, bahkan beberapa restoran ikonik yang tak boleh dilewatkan di beberapa negara juga ada di sini.

Tetapi ada juga daftar makanan dan minuman yang disebut terburuk. Penilaian ini dibuat berdasarkan rating dan ulasan dari ahli gastronomi profesional dan kritikus makanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia menjadi negara yang tak lepas dari sorotan TasteAtlas. Ternyata ada beberapa racikan minuman tradisional yang disebut sebagai minuman dengan rasa terburuk di Indonesia.

Baca juga: Cinta Pada Durian, Bule Jerman Ini Ngaku Jadi Orang Terhormat

ADVERTISEMENT

Berikut ini 5 minuman tradisional yang terburuk versi TasteAtlas:

5 Racikan Minuman Tradisional Indonesia Terburuk versi TasteAtlasKopi Joss yang populer di Yogyakarta disebut sebagai racikan minuman tradisional terburuk versi TasteAtlas. Foto: TasteAtlas

1. Kopi Joss

Kopi joss adalah racikan kopi kaki lima yang begitu populer terutama di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya. Kopi joss biasanya disajikan oleh para pedagang angkringan yang mengandalkan tenda untuk menyajikan makanan hingga melayani pembelinya.

Untuk membuat kopi joss ini dibutuhkan segelas kopi hitam dan arang yang sangat panas. Kopi pertama-tama akan diseduh seperti racikan biasa, baik menggunakan gula atau tanpa gula.

Kemudian arang yang panas dan membara dimasukkan ke dalam gelas kopi. Sehingga ketika dinikmati akan terasa begitu panas dan sangat pahit.

2. Sekoteng

Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan minuman banyak isian, pasti merasa aneh dengan sekoteng. Sekoteng merupakan minuman khas Jawa Tengah yang terbuat dari kuah dan isian.

Kuahnya sendiri diracik dengan jahe dan rempah-rempah. Isiannya berupa sagu mutiara, potongan roti, kacang, hingga berbagai isian yang dapat dipesan oleh para penikmatnya.

Minuman ini tampak seperti hidangan penutup tetapi memiliki sensasi yang hangat di dada jika dinikmati. Biasanya sekoteng lebih banyak dijajakan pada malam hari atau ketika cuaca terasa dingin.

Daftar minuman terburuk lanjut ke halaman berikutnya.

3. Bandrek

Beberapa daerah di kawasan Jawa Barat memiliki cuaca yang dingin. Sehingga bukan hal yang aneh jika minuman berkarakter hangat lebih populer dinikmati masyarakatnya.

Ada bandrek, yang dibuat dengan berbagai jenis rempah-rempah untuk menghasilkan sensasi hangat ketika diminum. Bandrek dibuat dengan campuran jahe, gula, kayu manis, bunga lawang, cengkeh, hingga ketumbar.

Sayangnya penyajian bandrek yang keruk sering membuat beberapa orang tak tertarik menikmatinya. Apalagi mereka yang kurang menyukai sensasi hangat atau panas saat menyeruput minuman.

4. Bajigur

5 Racikan Minuman Tradisional Indonesia Terburuk versi TasteAtlasBajigur dengan campuran banyak rempah mungkin kurang cocok pada beberapa orang di dunia. Foto: TasteAtlas

Bajigur umumnya disajikan sebagai minuman yang hangat. Bagi orang Sunda, bajigur tidak hanya dapat dinikmati sebagai minuman saja tetapi juga dilengkapi dengan berbagai makanan pendamping.

Berbagai rebusan selalu dicari ketika menyantap bajigur yang hangat dan berempah. Dalam segelas bajigur dibuat dari racikan jahe, gula aren, dan santan.

Untuk kudapan pendampignnya biasanya berupa pisang kukus, kacang rebus, atau ubi rebus. Penjual bandrek banyak ditemukan di daerah yang dingin seperti Puncak, Bogor atau daerah-daerah dataran tinggi lainnya.

5. Kopi Luwak

Salah satu jenis kopi lokal asal Bali ada yang dinobatkan sebagai kopi termahal di dunia, kopi ini adalah Kopi Luwak. Ternyata kopi luwak justru tidak populer pada masa kolonial.

Kopi yang dipilah menggunakan bantuan saluran pencernaan hewan luwak dilarang diambil oleh para petani pada abad ke-19. Kopi luwak hanya boleh digunakan kalangan pemerintah Belanda ketika menjajah Hindia Belanda.

Bagi mereka yang mudah merasa jijik, kopi luwak enggan dikonsumsi karena terbayang prosesnya yang bercampur dengan kotoran luwak. Tetapi kini kopi luwak justru menjadi komoditas bernilai tinggi dari Indonesia.

Halaman 3 dari 2
(dfl/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads