Onigiri erat kaitannya dengan nilai budaya
![]() |
Terlepas dari kenikmatan dan kepraktisan onigiri untuk dimakan, orang Jepang juga punya ikatan spesial dengan onigiri. Miki Yamada yang menjalankan bisnis onigiri bernama Warai Musubi menjelaskannya.
Dalam kepercayaan Shinto, nasi dianggap persembahan bagi para dewa. Bentuk tradisional onigiri yang segitiga juga merujuk pada pegunungan, tempat tinggal banyak dewa Shinto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kreasi onigiri premium
![]() |
Selain yang tradisional, onigiri kini dibuat versi premium dengan paduan bahan dan topping. Alhasil warna onigiri tidak hanya putih polos, tapi juga berwarna-warni.
Unggahan foto jejeran onigiri yang menarik selera di media sosial lantas jadi salah satu alasan onigiri makin populer. Banyak orang tertarik mencobanya setelah melihat foto menarik onigiri tersebut.
Hal ini diakui Nakamura. Ia mengatakan umumnya gerai onigiri tidak beriklan secara khusus, tapi melalui unggahan gratis dari para pelanggannya.
Pembeli muda juga kian tertarik dengan onigiri premium yang dibuat dengan bahan berkualitas. Misalnya nasi yang dicampur bijian lain agar onigiri lebih bernutrisi.
Miyuki Kawarada (27), presiden Taro Tokyo Onigiri membuka dua gerai di ibu kota pada 2022. Ia menjual onigiri berkualitas tinggi dengan harga masing-masing hingga 430 yen atau sekitar Rp 44.700.
Kawarada ingin membuka lusinan gerai onigiri di luar negeri. Ia meyakini makanan ringan tersebut suatu hari dapat melengserkan sushi sebagai kuliner Jepang yang paling terkenal di luar negeri.
Onigiri bisa dibuat versi vegan, halal, dan dapat disesuaikan dengan budaya yang berbeda. "Di Jepang, dan juga di luar negeri, saya ingin memperbarui onigiri yang kuno," tutup Kawarada.
(adr/odi)