Surabi Papandayan yang Empuk Legit Ini Jadi Ikon di Garut

Surabi Papandayan yang Empuk Legit Ini Jadi Ikon di Garut

Hakim Ghani - detikFood
Rabu, 03 Jan 2024 14:30 WIB
Serabi or Surabi,  Indonesian pancake made of flour, rice flour and coconut milk. Served with palm sugar sauce. Sweet and savory.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tyas Indayanti
Garut -

Garut tak hanya terkenal dengan bakso aci dan seblak saja, tapi juga surabinya yang khas. Kamu bisa menemukan surabi enak di Garut yang dijual di lapak Surabi Papandayan.

Surabi Papandayan tergolong kuliner legendaris di Garut karena sudah ada sejak 1960. Nama 'Papandayan' diambil bukan dari nama gunung terkenal di Garut, melainkan nama jalan tempat surabi ini ditawarkan yaitu Jalan Papandayan.

Lokasi tepatnya di sisi timur lampu merah Jalan Papandayan. Saat ke sini, jangan bayangkan warung yang memadai karena Surabi Papandayan dijual di lapak emperan di atas trotoar jalanan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surabi Papandayan sudah buka sejak pagi buta, sekitar pukul 4 subuh. Biasanya surabi ini sudah ludes terjual pada pukul 8 pagi. Namun kalau akhir pekan, tutupnya lebih lama yaitu sekitar pukul 10 siang karena stok yang dibawa lebih banyak.

Lapak Surabi Papandayan yang ikonik dan legendaris di Garut.Lapak Surabi Papandayan yang ikonik dan legendaris di Garut. Foto: Hakim Ghani/detikJabar

Surabi Papandayan begitu diminati. Ini terlihat dari antreannya yang sudah mengular sejak pagi. Selain itu, surabi ini juga diburu para 'jastiper'.

ADVERTISEMENT

Harga Surabi Papandayan mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 12 ribu, tergantung topping yang dipilih. Varian asin ada telur dan oncom serta telur dan abon. Sementara surabi varian manis ada topping keju dan susu serta keju dan cokelat.

Cita rasa surabi ini banyak disukai karena begitu khas. Surabi masih dibuat menggunakan alat-alat tradisional.

Surabi Papandayan juga kerap disebut ikon kuliner legendaris di Kabupaten Garut. Peminatnya luas, dari anak muda sampai kalangan orang tua.

Saat ini Surabi Papandayan dikelola oleh generasi keempat. "Dari zaman buyut, nenek, uwak, baru ke saya. Sudah empat keturunan dari tahun 1960-an," ungkap Arul, pengelola Surabi Papandayan.

Artikel ini sudah tayang di detikjabar dengan judul:




(sob/adr)

Hide Ads