Masyarakat Betawi punya racikan bubur khas bernama bubur ase. Bubur ini bukan memakai ayam sebagai topping utama, melainkan semur daging dan kentang hingga asinan sayur. Begini keunikannya.
Membicarakan bubur ayam, banyak orang hanya mengenal racikan khas Cirebon, Cianjur, Sukabumi, atau Bandung. Tak banyak yang tahu kalau masyarakat Betawi punya bubur khas bernama bubur ase.
Sederhananya, bubur ase merupakan bubur nasi yang diberi pelengkap semur daging dan kentang. Bubur juga ditambahkan asinan sayur khas Betawi. Pelengkap lainnya teri jengki atau teri Medan, kacang tanah goreng, daun kucai, dan bawang goreng.
Mengutip situs Kebudayaan Kemdikbud (16/9/2019), bubur ase merupakan wujud pencampuran 3 kebudayaan dalam satu mangkuk. Kebudayaan itu adalah Tionghoa, Eropa, dan Timur Tengah.
Pengaruh China tercermin dari penggunaan tauge, tahu, dan kecap pada bubur ase. Sementara pengaruh Eropa, ada pada penggunaan semur yang asalnya dari Belanda yaitu 'smoor'. Lalu rempah-rempah yang dipakai pada bumbu semur merupakan pengaruh Timur Tengah.
Nama bubur 'ase' konon merupakan akronim 'asinan dan semur'. Dua makanan itu memang jadi pelengkap utama bubur ase.
Namun ada juga yang mengatakan 'ase' merujuk pada 'AC' alias pendingin udara. Hal ini lantaran bubur ase tak perlu disajikan dalam kondisi hangat seperti bubur lain, tapi bisa dalam suhu ruang atau lebih dingin.
Perpaduan semur dan asinan dalam semangkuk bubur membuat cita rasa bubur ase sangat unik. Ada rasa manis dari kuah semur, gurih dari bubur, hingga asem segar dari asinan sayur.
Dahulu, setidaknya sampai tahun 1980-an, bubur ase banyak dijajakan oleh pedagang keliling di Jakarta. Namun kini penjualnya sudah langka.
Salah satu yang masih bisa ditemui sampai sekarang adalah Bubur Ase Bang Lopi di Pasar Gandaria, Jl. Kb. Kacang 9 No.5, Tanah Abang. Penjual bubur ase ini buka sejak pukul 6 pagi hingga 12 siang. Harga per porsinya Rp 15 ribu.
(adr/odi)