Monosodium glutamat (MSG) dituduh sebagai penyebab penyakit melalui makanan. Ternyata asal mulanya tak terlepas dari fenomena Chinese restaurant syndrome.
Menurut kepercayaan banyak masyarakat Indonesia, MSG menjadi sumber beberapa gejala penyakit yang masuk melalui makanan. Pusing, mual, hingga tuduhan MSG membuat bodoh juga dipercaya secara masif.
Ternyata MSG telah lama menjadi kambing hitam dari beberapa gejala yang timbul setelah mengonsumsi makanan. Menurut beberapa referensi yang detikfood temukan, MSG telah menjadi kambing hitam sejak 1968.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya gejala yang timbul bukan datang dari asupan MSG di dalam makanan. Istilah Chinese restaurant syndrome digunakan untuk menyebut fenomena tersebut.
Baca juga: Makan AYCE Terlalu Lahap, Food Vlogger Disuruh Bayar Lebih Oleh Netizen
Berikut ini 5 fakta Chinese restaurant syndrome menurut beberapa sumber:
![]() |
1. Pengertian Chinese restaurant syndrome
Istilah Chinese restaurant syndrome ternyata telah dimuat pada England Journal of Medicine pada 1968. Menurut Merriam-Webster, Chinese restaurant syndrome populer sejak beberapa orang mengalami gejala tak nyaman setelah makan di restoran China.
Riset yang dilakukan para ahli selama bertahun-tahun berusaha menemukan gejala penyakit tersebut dengan konsumsi MSG. Saat itu banyak yang mempercayai bahwa MSG selalu digunakan pada semua makanan China dan menimbulkan efek yang tidak baik.
Beberapa setelah istilah tersebut populer banyak ahli yang protes dengan penamaan Chinese Restaurant Syndrome. Dinilai terlalu rasis dan memberikan arti yang salah, akhirnya gejala ini diubah istilahnya menjadi gejala kompleks konsumsi MSG.
2. Kasus awal
Istilah Chinese restaurant syndrome pertama kali dikenalkan oleh Dr. Robert Ho Man Kwok merasakan beberapa gejala setelah makan di restoran Chinese. Setelah menyantap makanan pesanannya ia mengaku merasa mual hingga pusing dan menuduh MSG sebagai penyebabnya.
Setelah laporan tersebut banyak peneliti yang kemudian penasaran dengan efek MSG dan berusaha melihatnya secara langsung. Sayangnya para peneliti memilih melakukan penelitian pada seekor tikus.
Penelitian tersebut diprotes karena tikus memiliki perbedaan sistem pencernaan dengan manusia.
Harry Nazarudin atau akrab disapa Kang Harnaz, dalam diskusi Masak Sehat Dengan Glutamat, menjelaskan penelitian dengan membakar MSG yang dilakukan ahli juga salah kaprah karena menimbulkan zat karsinogenik.
Fakta lainnya ada di halaman berikutnya.
3. Gejala yang dirasakan
National Library of Medicine menjelaskan bahwa para penderita yang mengeluhkan Chinese restaurant syndrome merasakan beberapa gejala tertentu. Sakit kepala, keringat berlebihan, sakit perut, hingga munculnya ruam kulit menjadi keluhan umum yang banyak dialami.
Lebih parahnya ada beberapa pasien yang mengeluh kesulitan makan dan menelan setelah mengonsumsi banyak MSG. Mereka menyebut susah minum air dengan gejala yang disebut mirip dengan penderita hidrofobia atau ketakutan terhadap air.
Tetapi para ahli kesehatan dan dokter yang menangani kasusnya tidak bisa menyatakan dengan pasti apakah gejala tersebut timbul gegara konsumsi MSG. Banyak dokter dan ahli yang mencurigai kandungan lain dari makanan menjadi penyebab gejala penyakit tersebut.
4. Fakta dibalik MSG
![]() |
MSG sebenarnya bukan penyedap sembarangan. Kehadiran MSG pertama kali ditemukan oleh ahli kimia bernama Kikunae Ikeda pada 1909 yang mencoba mendapatkan rasa umami khas Jepang.
Ia memanfaatkan molekul monosodium glutamat untuk memicu reseptor rasa kelima pada lidah manusia. MSG sebenarnya ditemukan secara alami pada beberapa jenis makanan tertentu seperti susu hingga tomat.
Pada akhir 1950, MSG sebenarnya memiliki status sebagai bahan makanan yang aman dikonsumsi oleh Food and Drugs Admissions (FDA). Sayangnya karena istilah Chinese restaurant syndrome yang mendadak populer membuat status keamanannya sempat dihentikan sementara.
5. Komentar chef dan ahli
Beberapa dekade sejak istilah Chinese restaurant syndrome muncul, para peneliti, ahli, hingga chef terus berusaha membuktikan tuduhannya. Pernyataan bahwa MSG penyebab gejala penyakit ternyata belum dapat dibuktikan dengan penemuan yang kuat.
"Banyak orang China yang memang menggunakan MSG dan para juru masak kelas bawah akan menggunakan banyak MSG demi membuat makanannya terasa enak. Faktanya, semakin ke sini semakin sedikit orang yang menggunakan MSG termasuk pada masakan Chinese," kata Fuchsia Dunlop selaku chef Chinese food dan penulis.
"Selagi digunakan berdasarkan takaran yang dianjurkan pada kemasannya, MSG aman untuk dikonsumsi. Secara alami beberapa makanan seperti jamur dan tomat juga memiliki MSG. Bahkan jamur memiliki kadar monosodium glutamat tertinggi sebagai sayuran," ungkap Kang Harnaz (27/9).