Sudah berjualan selama 60 tahun, warung nasi gudeg di kawasan Glodok, Jakarta Barat ini masih eksis hingga sekarang. Resep gudegnya dari keluarga yang turun temurun.
Menjelajahi kawasan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat kamu akan menemukan berbagai kuliner sedap dan legendaris. Salah satu yang sayang dilewatkan adalah Nasi Gudeg Jogja Bu Ijah.
Sesuai dengan namanya, warung nasi gudeg ini merupakan milik Ijah, seorang warga Bantul, Yogyakarta yang sudah berjualan nasi gudeg di Jakarta sejak tahun 1963.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warungnya sangat sederhana, hanya berupa gerobak yang mangkal di sisi jalan dengan payung kecil. Persis di dekat restoran AW. Hanya ada beberapa kursi yang bisa ditempati pengunjung.
Baca Juga: 5 Gudeg Sedap Mlekoh Ini Jadi Favorit Presiden hingga Gubernur
1. Menggunakan Resep Warisan
Meski begitu tak membuat warungnya sepi pelanggan. Berkat kelezatan dan keautentikan rasanya membuat warung gudeg ini selalu ramai dipadati pembeli. Bahkan terik matahari tak menyurutkan antusiasme pembeli.
Kepada detikcom (30/05/23) Ijah mengatakan bahwa resep gudegnya ini diambil dari sang nenek. Dulu, neneknya juga berjualan gudeg. Sejak itulah, resepnya pun diwariskan secara turun temurun
"Ini dari nenek saya, nenek saya juga jualan gudeg dulu. Terus turun temurun ya pakai resep yang sama, jadi rasanya masih sama kayak dulu," tuturnya sambil sibuk melayani pembeli.
2. Dimasak pakai Kayu Bakar
Tipe gudeg yang ditawarkan di sini adalah gudeg kering, sesuai dengan gaya kota asalnya, Yogyakarta. Ijah mengatakan bahwa gudegnya dimasak masih menggunakan api kayu bayar.
"Dimasak pakai kayu bakar. Proses memasaknya kurang lebih sampai 2 jam," tutur Ijar. Proses memasak yang tak sedikit itulah yang membuat tekstur gudegnya lembut.
Seporsi gudeg ini dilengkapi dengankrecek, sambal dan berbagai pilihan lauk. Mulai dari daging, ayam goreng, ayam pop, daun singkong, ati ampela, tahu, tempe, telurbacem, bakwan jagung, dan perkedel.
3. Sehari Habis 20 Liter Nasi
Harga yang ditawarkan pun beragam, tergantung dengan jenis lauk yang dipilih. Kemarin, detikFood memesan dengan lauk daging dan tempe bacem harganya dibanderol Rp 25.000.
"Tergantung lauknya. Ada yang Rp 25 ribu, Rp 40 ribu, yang pesen Rp 10 juga bisa. Tergantung berapa banyak lauk yang dipilih juga," lanjut Ijah.
Dalam sehari, warungnya bisa menghabiskan beras sebanyak 20 liter. Dimulai dari buka pukul 14.00 dan tutup pada pukul 21.00. Jika nasi habis sebelum waktunya, maka bisa menambah lagi.
Baca Juga: Gudeg, Ikon Kuliner Jogja yang Tertulis di Serat Centhini
4. Cita Rasa Gudeg Bu Ijah
Selain karena keramahan si penjual kepada pembeli, rasa gudeg yang ditawarkan pun membuat siapa saja ketagihan. Saat kami datang ke warungnya pun, semua pembeli tampak antusias menikmati gudegnya.
Gudegnya lembut, dengan rasa yang tidak terlalu manis dan cenderung gurih. Tambahan kreceknya pun memberi sentuhan sedikit pedas. Kreceknya lembut tapi tidak terlalu lonyot.
Memilih lauk daging goreng agaknya cocok, teksturnya empuk dan rasanya gurih bumbu yang meresap. Bagi pencinta pedas tenang saja, gudegnya juga disajikan dengan cabai rawit utuh untuk memberi sensasi rasa menyengat.