Perdebatan terkait klaim asal makanan dari suatu negara telah terjadi selama beberapa tahun terakhir, termasuk Singapura dan Malaysia yang sama-sama mengklaim 4 makanan ini. Siapa pemilik aslinya?
Setiap negara pasti memiliki kebanggaan tersendiri terhadap makanan lokal yang mereka miliki. Sayangnya selama beberapa tahun terakhir, beberapa negara memperebutkan klaim terkait asal-usul makanan lokal milik mereka.
Seperti yang dipicu oleh artikel CNN tahun 2018, menyebutkan hidangan cendol yang berasal dari Singapura telah masuk sebagai salah satu dari 50 makanan penutup terbaik di dunia. Hal ini pun lantas menimbulkan protes dari masyarakat Malaysia.
Ada juga keributan lain yang disebabkan oleh restoran cepat saji McDonald's pada tahun 2017 meluncurkan burger nasi lemak untuk merayakan Hari Nasional Singapura. Merespon hal tersebut, restoran myBurgerLab dari Malaysia juga akhirnya membuat menu burger nasi lemak ayam rendang.
Selain makanan-makanan ini, pada tahun 2009, Menteri Pariwisata Malaysia saat itu, Ng Yen Yen membangkitkan kemarahan ketika dirinya menegaskan Chili Crab, Nasi Ayam Hainan, Bak Kut Teh, Laksa, dan Nasi Lemak adalah hidangan khas Malaysia.
Ng Yen yen mengungkap, "Kita tidak dapat terus membiarkan negara lain membajak makanan kita. Chili crab adalah makanan Malaysia. Nasi ayam Hainan juga dari Malaysia. Kita harus mengklaim makanan kita."
Lantas apakah menu makanan tersebut benar-benar milik Singapura atau Malaysia? Merangkum channelnewsasia.com (24/04), melalui program On The Red Dot, mereka menggali asal-muasal empat hidangan yang diklaim kedua negara ini dengan mengungkap cerita dari chef, penjual makanan kaki lima, pengusaha makanan, hingga ahli waris.
1. Chili Crab
Chili crab diklaim sebagai makanan khas Singapura dan Malaysia. Faktanya, hidangan ini memang sudah ada sejak tahun 1950-an di Singapura dan Malaysia.
Setelah klaim yang dilakukan oleh Ng Yen Yen pada 2009, blogger Singapura Leslie Tay bertemu dengan Cher Yam Tian, seorang wanita yang dikenal sebagai pencetus chili crab versi Singapura.
Cher adalah wanita yang tinggal bersama suaminya yang merupakan seorang polisi. Pada tahun 1950-an, mereka tinggal di sebuah rumah atap dekat Upper East Coast Road. Kesehariannya, suami Cher akan menangkap kepiting, dan dia yang akan mengukusnya.
Setelah beberapa waktu, suami Cher menyarankan agar ia bisa masak kepiting dengan cara berbeda. Akhirnya Cher menambahkan saus tomat dan saus cabai ketika dia menumis kepiting tersebut.
Pasangan ini kemudian menjual hidangan chili crab tersebut di sebuah kedai bernama Palm Beach Seafood. Pada tahun 1963, chili crabnya pun menjadi populer. Sampai beberapa chef memberi sentuhan terhadap hidangan ini, seperti Chef Hooi Kok Wah dari restoran Dragon Phoenix yang menambahkan telur ke dalam saus cabai.
Di sisi lain, restoran Seafood Weng Fung di Langkawi, Malaysia, mulai mencpitakan hidangan kepiting cabainya pada tahun yang sama, 1950. Weng Fu merupakan salah satu perusahaan seafood tertua di pulau itu yang sudah berdiri sejak tahun 1920-an.
Kemudian mereka pun menyajikan kepiting cabai atau chili crabnya pada tahun 1958. Bisa jadi mereka menyajikan hidangan ini lebih awal lagi, kata pemilik Kelly Keh Pooi Ling. Sausnya dibuat oleh mertua pemilik resto tersebut, dan pada saat itu mereka satu-satunya yang menjual hidangan chili crab ini.
Cara memasaknya pun berbeda. Menurut pembawa acara On The Red Dot, Ming Tan, chili crab Malaysia punya rasa yang lebih lembut. Sementara menurut chef dan pakar kuliner, Singapura memasak chili crabnya dengan versi yang lebih kental.
2. Bak Kut Teh
Beralih ke hidangan Bak Kut Teh, sebenarnya ada dua varian. Pertama bak kut teh bergaya Teochew yang umumnya ditemukan di Singapura. Versi ini punya kaldu lebih bening dan pedas.
Sementara Bak Kut Teh yang umum ditemukan di Malaysia bergaya Hokkien, yang terdiri dari rempah-rempah dan kecap manis. Hidangan ini lebih sering disantap di tempat-tempat yang dulunya banyak kuli China bekerja.
Para kuli itu menyukai hidangan berkuah karena teringat dengan cita rasa makanan rumahan. Mereka juga menambah rempah-rempah untuk membantu menangkal penyakit rematik, ujar blogger Ng Sock Peng.
Ketika program On The Red Dot menuju sebuah restoran bernama Seng Huat Bak Kut Teh di Malaysia, pemiliknya bernama John Lee Chuan Teck mengaku jika nama "teh" di hidangan tersebut datang dari nama kakeknya, Lee Boon Teh.
John mengungkap, "Ketika kakek saya pertama kali menjual sup iga babi (tahun 1938), namanya bukan bak kut teh. Tapi seiring waktu, orang-orang akan mengatakan jika mereka menuju ke iga babi teh untuk makan. Alhasil, hidangan tersebut akhirnya punya nama seperti itu."
Asal usul terkait hidangan bak kut teh ini masih ditelusuri. Satu hal yang sama, baik di Malaysia atau Singapura, hidangan ini berasal dari pendatang dari China Selatan.
Sengketa makanan yang diklaim Malaysia dan Singapura bisa dilihat pada halaman selanjutnya!
Simak Video "Indonesia Peringkat 6 Negara dengan Masakan Terbaik Dunia Versi Taste Atlas"
(aqr/adr)