Sayur asem yang segar enak dinikmati saat makan siang. Banyak ditawarkan oleh warung makan Betawi atau Sunda di daerah pinggiran Jakarta. Ini perbedaan sayur asem menurut Wira Hardiansyah.
Sayur asem merupakan sayur khas Indonesia, berupa campuran aneka sayur yang dimasak dengan kuah bening berbumbu asam segar. Saat masih hangat, enak sekali dinikmati bersama nasi putih dan sambal.
Racikan sayur asem dibedakan dari daerah asalnya. Sayur asem Betawi dan Sunda yang paling populer dan mudah ditemui di warung makan pinggir Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wira Hardiansyah selaku chef sekaligus sejarawan kuliner menjelaskan kepada detikFood (29/11) bahwa kedua jenis sayur asem ini memiliki perbedaan. Paling signifikan terlihat pada bumbunya.
Baca Juga: Netizen Pamer 10 Sajian Sayur Asem yang Segar untuk Makan Siang
Berikut perbedaan antara sayur asem Betawi dan Sunda:
1. Bumbu Sayur Asem
![]() |
Sayur asem biasanya menjadi pelengkap menu makan siang di warung makan Betawi atau Sunda. Rasanya yang asem segar ini dapat melengkapi santap nasi dengan lauk ikan atau ayam goreng, beserta sambal yang pedas nagih.
Di antara sayur asem Betawi dan Sunda, perbedaan paling signifikan terlihat pada bumbu dasarnya. Wira Hardiansyah mengatakan, "Kalau Sunda itu rata-rata pakai cabe merah. Kalau yang biasa aku makan itu warnanya agak kemerahan."
"Karena, letak geografis Sunda itu apa namanya, dingin, lebih subur, ya mau nggak mau mereka menambahkan unsur hangat yaitu cabe gitu," jelas Wira Hardiansyah lebih lanjut.
![]() |
Jadi, bumbu sayur asem Sunda menggunakan tambahan cabe merah besar. Sehingga rasanya lebih pedas dan warna merahnya juga lebih keluar. Penambahan cabe merah ini juga dikarenakan letak geografisnya yang lebih subur dibandingkan Betawi (Jakarta). Sedangkan, sayur asem Betawi lebih bening karena hanya terdiri dari bawang merah dan kemiri saja.
Baca Juga: Unik! Sekte Baru Nasi Goreng Pakai Kuah Ini Ada di Kediri
2. Isian Sayur Asem
![]() |
Sayuran untuk sajian sayur asem yang paling umum digunakan adalah kacang panjang, labu siam, daun melinjo, dan biji melinjonya. Namun, beberapa warung makan Betawi-Sunda ini juga kerap menambahkan nangka muda, pepaya muda, kacang tanah, dan jagung manis.
Perbedaan isian sayur asem ini menurut Wira Hardiansyah terdapat pada racikan ala Betawi. Biasanya, mereka (masyarakat Betawi tengah) kerap menambahkan sisa-sisa daging.
"Biasanya suka nambahin sisa-sisa daging, kayak tetelan," ujar Wira Hardiansyah.
Sayur asem tetelan sapi ini tentunya lebih menyelerakan. Karena, ada aroma dari kaldu daging sapi dan cita rasanya juga lebih gurih.
Selain tetelan, sayur asem Betawi juga memiliki versi lain. Ada yang menambahkan oncom, jengkol, hingga menggunakan kangkung.
3. Sayur Asem Daerah Lain
Sayur asem memang lebih populer di Betawi dan Sunda, namun ada juga racikan khas Jawa. Di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, perbedaannya hanya terdapat pada isian.
Sayur asem Jawa Tengah memiliki isian yang hampir sama dengan Betawi, hanya saja tidak ditambahkan tetelan, oncom, maupun jengkol. Sedangkan, sayur asem Jawa Timur identik dengan tambahan kangkung dan timun krai.
Bumbu sayur asem Jawa juga berbeda, karena menggunakan asem jawa atau asem yang telah difermentasi. Sedangkan, sayur asem Betawi menggunakan asem muda yang ditumbuk hingga rasanya keluar ketika direbus.
Baca Juga: Slurpp! Sayur Asem yang Pedas Segar Jadi Primadona di 5 Warung Ini
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(yms/odi)