Meskipun dulunya ramai pembeli, namun tidak ada jaminan sebuah bisnis kuliner bisa bertahan. Contohnya penjual martabak ini yang akhirnya pensiun karena berbagai alasan.
Menjalankan sebuah bisnis kuliner bukanlah hal yang mudah. Entah dalam bentuk restoran fine dining maupun bisnis warung makan pinggir jalan. Dengan adanya persaingan yang semakin ketat serta perubahan tren yang cepat membuat banyak dari mereka tidak bisa mempertahankan bisnis kulinernya.
Terbaru, ada berita miris yang datang dari pemilik warung Min Jiang Kueh di Singapura. Sebelumnya, pemilik warung yang bernama Ah Bee dan Lee Gay Lee memang sudah menutup gerai jualannya yang berada di Buangkok, Singapura pada Agustus lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Min Jiang Kueh sendiri merupakan makanan tradisionsl khas Singapura serupa martabak yang biasanya diisi dengan kacang goreng tumbuk, kelapa parut, lengkap dengan gula melaka dan pasta kacang merah.
![]() |
Tetapi, penutupan gerai bernama Kueh Pulau Pinang tersebut sebenarnya bukan menjadi akhir bagi mereka. Karena adanya minat yang tinggi dari pelanggan setia membuat mereka kembali menjual martabak khasnya itu di rumah saja.
Sejak penutupan gerai, akhirnya pasangan ini kembali berjualan sendiri di rumah sekaligus menawarkan layanan pesan antar. Meskipun beberapa pelanggan setianya masih sering membeli martabak dari gerai rumahan itu, namun Ah Bee mengaku cukup kesulitan dalam menjalankan bisnisnya, lapor 8days.sg (19/11)
Baik Ah Bee maupun istrinya memang sudah berpengalaman lama dalam menjual Min Jiang Kueh ini. Apalagi Ah Bee yang sudah mulai jualan sejak berumur 13 tahun, tetapi tetap saja keduanya harus menghadapi tantangan berbeda.
Banyak tantangan baru yang harus dihadapi oleh penjual martabak berusia 75 tahun ini, mulai dari menjalankan bisnis online, melakukan promosi melalui media sosial, hingga berhadapan dengan para pelanggan secara online.
![]() |
Ah Bee juga sempat bercerita jika ada pelanggannya yang rela melakukan perjalanan jauh untuk membeli min jiang kue miliknya. Sebagian pelanggan juga menawarkan untuk melakukan pembayaran di awal. Namun hal ini justru membuatnya menjadi bingung lantaran ia tidak terbiasa dengan pembayaran melalui bank online.
Permasalahan yang dihadapi bukan sebatas hal itu saja. Ah Bee dan istrinya juga harus memperhatikan kembali aspek lain seperti bahan-bahan yang dipakai, waktu pembuatan, dan juga modal yang mereka keluarkan.
Ini karena, menjual min jiang kue dari rumah tidak bisa dilakukan sembarangan untuk pelanggan yang hanya datang sesekali. Adonan yang diolah oleh Ah Bee membutuhkan beberapa waktu untuk bisa dimasak.
"Saya harus membuang adonan pada hari dimana saya tidak bisa menghabiskan jualan saya. Itu sangat merugikan," ucapnya kepada 8days.
Ditambah, beberapa topping seperti selai kacang merah dan kelapa juga stoknya tidak bisa dihabiskan dalam satu hari. "Saya tidak bisa menghabiskan 500 gram selai kacang merah dalam satu hari. Saya harus membuangnya juga," lanjutnya.
Setelah berbagai macam pertimbangan, akhirnya pasangan ini memutuskan untuk pensiun berjualan martabak Singapura itu. Selain pembeli yang tidak banyak dan tantangan lain yang dialami, Ah Bee juga merasa bahwa ia sudah sangat tua.
"Kenapa kami harus melanjutkan ketika ini begitu sulit? Kami sudah sangat tua," ujar Ah Bee.
Sayang sekali perjalanan Ah Bee dalam menjual min jiang kueh selama berpuluh-puluh tahun harus berhenti secepatnya. Padahal, dulu penjualannya laris manis. Namun karena banyak faktor, Ah Bee pun terpaksa berhenti.
"Saya akan berhenti menjual min jiang kueh setelah sebungkus tepung terakhir selesai digunakan, yang senilai $500 (sekitar Rp 5 juta) untuk min jiang kua," tutupnya.
(aqr/adr)