Tidak seperti orang lain, penjual kue ini memiliki keterbatasan karena ia tuli. Hebatnya, ia berhasil mempertahankan bisnis makanannya selama 40 tahun dengan sistem pelayanan yang unik!
Tak harus menjadi sempurna, seseorang dengan keterbatasan pun bisa membuka bisnis kulinernya sendiri. Memang pada dasarnya, tidak ada ketentuan khusus yang mengharuskan atau melarang seseorang untuk berjualan makanan.
Siapapun bisa memulai bisnis kulinernya karena siapa tahu keterbatasan tersebut justru mendatangkan keberuntungan. Seperti kisah yang dialami oleh penjual carrot cake ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang pria dengan gangguan pendengaran ternyata bisa menjalani bisnis kulinernya jauh lebih lama dari yang ia pikirkan. Meskipun penjual kue tersebut memiliki keterbatasan, tetapi ia berhasil berjualan kue hingga 40 tahun lamanya.
Melansir mustsharenews.com (19/10), Peter Goh telah mengelola warung makan bernama Lau Goh Teochew Chye Thow Kway, yang berada di Riverside Food Center, Singapura dengan jualan spesialnya yaitu carrot cake.
Carrot cake adalah jajanan kaki lima khas Singapura yang biasa dibuat dari campuran tepung beras dan lobak yang dikukus. Nantinya olahan itu akan digoreng dengan tambahan kecap manis dan telur.
Peter Goh memang seorang tunarungu, namun ia telah berhasil menjalankan bisnis yang diwariskan dari sang ayah itu. Kepada Shin Min Daily News, Peter Goh mengungkap bahwa sejak kecil, dirinya sudah sering membantu ayahnya berjualan.
Sampai akhirnya pada tahun 1980-an, Peter Goh dan kedua saudaranya mengambil alih bisnis tersebut karena orang tua mereka meninggal.
![]() |
Memiliki keterbatasan, tidak membuat Peter Goh kesulitan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Pria ini punya caranya sendiri dalam melayani pelanggan setianya.
Menu yang ditawarkan di warung kue itu hanya ada tiga, antara lain; carrot cake putih, carrot cake hitam, dan carrot cake yang mencampurkan keduanya. Lebih mudah baginya untuk mengetahui keinginan pelanggan. Ia juga memakai alat bantu dengar dan bisa membaca gerak bibir orang lain.
Tetapi ketika pandemi datang, Peter Goh merasa kesulitan karena pelanggan menggunakan masker. Saat itulah, pria ini akhirnya menemukan solusi yang jenius.
Pria 65 tahun itu menyiapkan menu baru yang dapat dengan mudah ditunjuk oleh pelanggan. Bahkan, pemilik warung ini juga menyediakan pilihan berupa tulisan agar pelanggan bisa memilih apakah carrot cake-nya ingin langsung dimakan, dibawa pulang, pakai cabai atau tidak, serta keterangan harga.
![]() |
Tampaknya keterbatasan yang dimiliki Peter justru membawa keberuntungan baginya. Dalam satu hari, pria itu bisa menjual 500 hingga 700 porsi carrot cake. Sementara di akhir pekan, Peter Goh bisa menjual lebih dari 700 porsi.
Pelanggannya pun bukan hanya warga lokal saja, tetapi turis mancanegara pun ikut menikmati carrot cake miliknya itu.
Di saat banyak penjual mulai pensiun, Peter Goh masih berharap bisa menyajikan carrot cake kepada para pelanggannya. Ia mengungkap, "Saya bangga bisa membesarkan anak saya sambil berjualan carrot cake. Saya akan terus melakukannya," katanya.
(aqr/adr)