Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April. Momen ini didedikasikan untuk para wanita, termasuk para nenek yang masih semangat menjual makanan tradisional meskipun usianya sudah tidak lagi muda.
Usia tidak menghalangi para nenek ini untuk tetap semangat bekerja. Tubuhnya tak lagi kuat namun semangatnya masih membara. Usia mereka sudah lebih dari 80 tahun tapi setiap hari masih sibuk menjalani aktivitas layaknya orang-orang yang masih muda.
Para nenek ini layak mendapat julukan sebagai Kartini masa kini. Sebut saja misalnya Mbah Tuginem yang usianya sudah lebih dari 90 tahun, ia setiap pagi datang ke Pasar Watuombo, Kulonprogo untuk menjual tempe buatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atau ada juga Mbah Waginah yang tetap semangat menjual gudeg di usia hampir 100 tahun. Dan yang eksis juga ada lupis Mbah Satinem yang bahkan jadi favorit mantan Presiden Soeharto.
Berikut 5 nenek penjual makanan yang layak disebut sosok Kartini karena semangatnya:
1. Mbah Satinem
Ketika berkunjung ke Yogyakarta jangan lewatkan untuk jajan kudapan tradisional seperti lupis, cenil hingga tiwul. Salah satunya di lapak Mbah Satinem yang berlokasi di Jalan Diponegoro, Yogyakarta.
Mbah Satinem tidak lagi berusia muda, saat ini usianya 78 tahun dan ia setiap hari masih berjualan menjajakan jajajan racikannya. Mengenakan kebaya tradisional, Mbah Satinem kini dibantu oleh salah satu putrinya.
Mbah Satinem sudah berjualan sejak tahun 1963, tak heran kalau pelanggannya datang dari berbagai kalangan. Wisatawan, artis bahkan sekelas mantan presiden Soeharto pun ketagihan jajanan buatan Mbah Satinem. Mbah Satinem mematok harga jajanannya ini hanya Rp 5 ribu saja.
![]() |
2. Nenek Simis
Di Pacitan ada Nenek Simis yang berjualan jajanan tradisional. Nenek berusia 80 tahun ini menjadikan poskamling sebagai lapak jualannya. Uniknya, nenek Simis hanya berjualan dua kali dalam seminggu yakni saat hari Pahing dan Kliwon dalam kalender penanggalan Jawa.
Nenek yang tinggal di Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung ini mulai berjualan pukul 7 pagi. Makanan yang dijajakannya beragam mulai dari lontong pecel, lupis, kue serabi, bakwan dan pisang goreng. Semua makanan ini dibuat oleh Nenek Simis sendiri.
3. Mbah Waginah
Mbah Waginah adalah salah satu penjual gudeg Jogja yang usianya sudah sepuh. Usianya saat ini 97 tahun dan tetap masih semangat meracik dan menjual gudeg di warung sederhana yang berlokasi di Jalan Kabupaten, Km 1,5 Yogyakarta.
Meskipun tak sepopuler Mbah Lindu tapi gudeg buatan Mbah Waginah ini juga patut diacungi jempol. Setiap hari Mbah Waginah mulai menjual gudeg pukul 6 sampai 10 pagi. Resep racikan gudegnya sudah dipertahankan sejak 45 tahun lalu. Dagangannya tak selalu ramai, bahkan dalam sehari tak jarang gudegnya hanya laku 3-5 porsi namun hal ini tak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjualan.
4. Mbah Tuginem
Usia Mbah Tuginem sudah lebih dari 90 tahun namun semangatnya masih membara. Wanita asal Yogyakarta ini setiap hari masih aktif membuat dan menjual tempe di pasar Watuombo, Kulonprogo, Yogyakarta.
Setiap pagi anaknya akan mengantar Mbah Tuginem di pasar lalu siang harinya akan dijemput kembali. Tempe yang dibuat Mbah Tuginem ini masih sangat tradisional, dikemas dengan bungkus daun pisang yang membuatnya harum. Tubuhnya yang sudah renta tak membuat Mbah Tuginem hanya berpangku tangan.
![]() |
5. Mbah Marto
Mau menikmati mangut lele yang rasanya juara? Coba mampir ke rumah Mbah Marto. Wanita berusia 84 tahun ini sudah lebih dari 60 tahun mengolah mangut lele. Awalnya Mbah Marto menjual makanan ini dengan cara keliling membawa bakul namun karena usianya sudah sepuh, akhirnya ia membuka warung sederhana di rumahnya.
Lokasinya berada di belakang kampus Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta. Selain mangut lele, Mbah Marto juga membuat gudeg basah dan sambal krecek. Kalau berkunjung ke rumahnya, kamu akan langsung dipersilahkan masuk pawon alias dapur untuk memilih sendiri menu apa yang mau disantap.
(dvs/odi)