5 Fakta Sate Buntel Solo, Terinspirasi Kebab hingga Favorit Presiden Jokowi

Dari Solo ada sate kambing khas bernama sate buntel. Tak seperti sate kambing pada umumnya yang dibuat dengan potongan daging utuh, sate buntel menggunakan daging cincang berbungkus lemak kambing.

Kekayaan kuliner daerah Indonesia begitu kaya. Membicarakan sate, misalnya, ada banyak kreasi sate yang unik dan menggugah selera. Salah satunya sate buntel khas Solo.

Sate unik berbahan daging kambing cincang ini bahkan jadi favorit Presiden Joko Widodo. Mengenai nama, sebutan buntel bukan tanpa alasan karena sate benar-benar dibuntel atau dibungkus jaringan lemak kambing supaya tidak pecah saat dibakar.

Sate buntel konon merupakan hidangan Indonesia yang mendapat pengaruh dari Timur Tengah dan India. Namun kemudian dalam perkembangannya terjadi penyesuaian mengenai cara penyajian sate buntel.

Berikut detikfood merangkum 5 fakta menarik sate buntel:

1. Terinspirasi kebab hingga diciptakan orang Tionghoa

Banyak yang meyakini sate buntel merupakan bentuk pengaruh hidangan Timur Tengah dan India, kebab. Pasalnya dulu di masa lampau, perdagangan di Pulau Jawa berkembang pesat sehingga banyak pedagang dari Timur Tengah dan India mampir ke daerah-daerah yang ada di Jawa Tengah.

Dari mereka-lah, masyarakat Indonesia mulai mengenai kuliner bernama kebab yang pada dasarnya adalah daging panggang. Tapi kemudian terjadi beragam penyesuaian hingga akhirnya 'lahir' kreasi sate buntel.

Cerita lain menyebutkan kalau sate buntel diperkenalkan pertama kali oleh orang keturunan Tionghoa, Lim Hwa Youe. Pada tahun 1948 di Tambak Segaran, Solo, ia menciptakan inovasi sate dimana daging kambingnya dicincang sampai halus kemudian dibungkus (buntel) dengan lemak kambing.

Ia sengaja melakukan hal ini untuk memanfaatkan bagian daging kambing yang cenderung lebih keras. Ia terpikir agar teksturnya lebih empuk dan rasanya lebih enak, Lim Hwa Youe mencincang daging tersebut sampai lembut dan dihilangkan semua ototnya. Hasil akhirnya, sate kambing begitu empuk dan juicy.

2. Pakai merica dan gula Jawa yang manis legit

Cincangan sate buntel dibumbui merica hingga gula Jawa sebelum akhirnya dibungkus lemak kambing dan dibakar hingga matang. Foto: Getty Images/iStockphoto/Anita Handayani

Sate buntel punya rasa gurih manis yang khas karena dibuat memakai bumbu halus seperti bawang merah, bawang putih, merica butiran, garam, dan gula Jawa. Semuanya bakal dicampur rata dengan cincangan daging.

Setelah itu daging dibungkus lapisan lemak yang tipis kemudian dibakar hingga lemaknya meleleh dan agak kering. Untuk penyajiannya, sate buntel dilengkapi irisan tomat merah, daun kol, dan cabe rawit. Tentu saja dengan tambahan kecap manis.

Beberapa tempat menyajikan sate buntel di hot plate. Ada juga yang menyajikan sate ini tanpa tusukan karena kadang ukurannya terlalu besar. Setusuk sate buntel biasa dijual Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu.

3. Memilih daging dan lemak kambing yang sempurna

Kunci kelezatan sate buntel Solo ada pada pemakaian daging kambing muda. Selain teksturnya empuk, aromanya juga tak bau prengus. Lalu untuk mengakali kepadatan buntelan daging kambing, beberapa penjual ada yang mengakalinya dengan mencampurkan telur.

Untuk lemak pembungkusnya, biasanya yang dipakai adalah yang dari bagian perut. Jenis lemak ini tipis dan transparan sehingga perlu direntangkan dengan hati-hati.

Caranya, potong dengan gunting mengikuti ukuran yang dibutuhkan. Setelah itu taruh lemak di ujung jari-jari tangan dan mulailah mengisinya dengan daging cincang. Kemudian balut semua sisian daging dengan lemak ini.

Sate buntel favorit presiden Jokowi bisa dilihat halaman selanjutnya.