Sugijo atau yang akrab disapa Pak Gik meninggal dunia pada usia 74 tahun. Kabar duka dari pemilik angkringan Pak Gik Semarang ini mengundang banyak perhatian netizen.
Kabar duka datang dari Haji Sugijo atau Pak Gik. Pemilik angkringan legendaris di Semarang ini tutup usia pada Minggu (13/2) di kediamannya di Jalan Karanganyar V, Gabahan, Semarang.
Lewat media sosial pun kabar ini disampaikan, salah satunya melalui Instagram @infokejadiansemarang. Dalam postingannya, terlihat gambar sebuah papan pengumuman dukacita dengan nama Sugijo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sugeng tindak Pak Gik, Angkringan legend di Semarang. Al Fatihah buat beliau, besok (Senin) akan dimakamkan di Bergota pukul 10.00," tulis keterangan foto pada postingan ini.
![]() |
Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa angkringan Pak Gik beroperasi sejak 1960-an. Lokasinya di Jalan Inspeksi Sekayu, Gajahmada, Semarang.
Menurut salah satu anak Pak Gik, ayahnya meninggal karena mengalami sakit demam dan muntah. Belum sempat mendapatkan pertolongan medis, Pak Gik sudah mengembuskan napas terakhir.
Berikut beberapa fakta seputar Angkringan Pak Gik yang legendaris di Semarang:
1. Beroperasi sejak 1960-an
Pak Gik mulai membuka usaha angkringannya pada 1967. Dahulu Pak Gik menjalankan usaha angkringan ini sendiri. Namun, sejak 1977, ia dibantu oleh anak ketiganya, Purwanto, yang kini menjadi penerus generasi kedua.
Meskipun angkringan menempati area pinggir jalan dengan kios seadanya, pelanggan Pak Gik tak pernah sepi. Setiap malam hari banyak pengunjung yang datang dari berbagai kalangan, mulai mahasiswa, keluarga, hingga para pekerja yang bertugas malam hari.
2. Buka tengah malam hingga Subuh
Berbeda dengan angkringan lain yang umumnya buka selepas Magrib, angkringan Pak Gik justru baru buka saat tengah malam. Sejak awal berjualan, Pak Gik membuka lapaknya pada pukul 02.00 WIB. Barulah buka lebih awal, yakni pukul 12 malam, pada 1970-an.
Kini jam bukanya lebih awal, yakni pukul 11 malam. Meskipun demikian, tetap saja jam buka angkringan Pak Gik ini termasuk lebih malam dari angkringan lainnya. Setiap hari, angkringan berjualan hingga pukul 04.00 WIB.
3. Sediakan banyak pilihan nasi kucing
Sementara kebanyakan angkringan hanya menyediakan beberapa varian nasi kucing, angkringan Pak Gik ini ada belasan nasi kucing dengan aneka lauk. Pilihannya ada nasi mie, nasi usus, nasi tahu, nasi pindang, nasi tempe, nasi babat, nasi kuning, hingga nasi goreng.
Semua nasi ini dibanderol murah, yakni hanya Rp 2.500 per bungkus. Porsi setiap orang berbeda. Ada yang hanya menyantap dua bungkus namun ada yang sampai 5 bungkus sekali makan.
Sebagai teman makan nasi, ada aneka lauk, seperti pangsit, sosis, tempura, mendoan, tempe dan tahu bacem, serta aneka gorengan. Harga lauk ini juga tak kalah murah, dibanderol mulai Rp 500-an.
4. Makanan titipan orang
Banyaknya pilihan lauk di angkringan Pak Gik ternyata bukan diolah sendiri oleh keluarga dan karyawan angkringan, tetapi makanan titipan orang-orang. Warga kerap menitipkan aneka makanan di angkringan Pak Gik ini.
Ada sekitar 30 warga sekitar yang menitipkan makanan. Meskipun makanan titipan tetapi kualitas dan rasanya dijamin terjaga. Makanan juga tersaji hangat setiap malam.
![]() |
5. Banyak pelanggan yang merasa kehilangan sosok Pak Gik
Ribuan netizen mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Pak Gik. Banyak juga yang menceritakan pengalamannya saat makan nasi kucing dengan aneka lauk di angkringan ini.
"Angkringan penuh kenangan," ujar satu netizen.
"Bukan orang Semarang kalo belum makan angkringan Pak Gik," sahut netizen lain.
"Angkringan favorit kita @hitori.hiroyuki. Sugeng tindak Pak Gik," kata Vicky Shu, yang ternyata juga salah satu langganan di angkringan ini.
(dvs/odi)