Pasangan pengantin biasanya menggelar pesta pernikahan untuk merayakan prosesi sakral tersebut. Ada yang menggunakan pesta adat, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat, hingga Batak.
Pesta pernikahan adat Batak dianggap sebagai salah satu pesta yang memakan biaya mahal. Sebuah rincian pesta pernikahan adat Batak dengan biaya lebih dari Rp 100 juta sempat menjadi perbincangan di media sosial beberapa waktu lalu.
![]() |
Baca Juga: Kriuk Nampol! 20 Keripik Kaca Rp 10 Ribuan Bisa Dibeli di Sini
Hal ini ditanggapi oleh seorang netizen bernama Toga Nainggolan di Twitter miliknya @TogaHQ (8/2). "Benarkah pesta pernikahan adat Batak itu mahal? Belum tentu. Pesta adat Batak yang ideal itu besar-besaran, meriah, undangan ramai, proses berhari-hari, makanan berlimpah, dan ... gratis!" cuitan Toga di Twitter.
![]() |
Toga juga menjelaskan secara rinci tentang pernikahan adat Batak itu melalui thread Twitter yang ia buat. Salah satu thread-nya menyebutkan, "Sebenarnya, keperluan pesta adat Batak itu tidak hanya ditanggung oleh pengantin dan keluarganya, tetapi oleh keluarga besar, satu marga, anak boru, bahkan orang sekampung. Pesta adat Batak itu wujud nyata sosialisme wkwk."
Telah dikonfirmasi oleh detikcom (8/2), ternyata pesta pernikahan adat Batak yang dianggap mahal itu hanyalah sebuah pandangan sebagian orang. Karena menurut penjelaskan Toga Nainggolan, biaya untuk keperluan pesta adat Batak itu tak hanya ditanggung oleh pihak pengantin dan keluarga saja. Melainkan dari keluarga besar hingga warga satu kampung.
Baca Juga: Vidi Aldiano dan Sheila Menikah, Ada Huap Lingkung dan Pabetot Bekakak Ayam
![]() |
Mengapa bisa seperti itu? Karena budaya masyarakat Batak 'manumpahi' yang artinya mereka akan mendukung pesta adat orang lain dengan cara memberikan beras, cabai, kelapa, dan lainnya secara gratis.
"Pesta Batak itu semacam arisan akbar. Saling dukung, bergiliran," kata Toga Nainggolan di Twitter.
Pesta pernikahan adat Batak dianggap meriah bukan karena mengeluarkan uang yang banyak, tetapi 'manumpahi' dari keluarga besar, anak boru, satu marga, hingga warga sekampung. Lebih sering kamu menghadiri dan 'manumpahi' pernikahan orang lain, pastinya mereka akan membalasnya dengan hal yang sama dan membuat pesta menjadi meriah.
Toga juga menjelaskan kalau tak perlu heran ketika melihat banyak tamu undangan terutama ibu-ibu membawa plastik. Karena selain bisa makan sepuasnya di pesta pernikahan, mereka juga bisa membawa pulang makanan untuk anak-anaknya.
"Bagi banyak orang itu mungkin kurang etis. Tetapi bisa dipahami karena memang dia ikut menanggung biaya pesta itu," tegas Toga Nainggolan.
Baca Juga: 5 Warung Sunda dengan Menu Rumahan di Kawasan Tangerang
(yms/odi)