Kedai mamak menjadi spot kuliner populer di Malaysia. Sejak awal pandemi Covid-19, sektor bisnis ini begitu terpengaruh. Kini lebih dari 2.000 kedai mamak akhirnya tutup karena kekurangan pegawai.
Dampak pandemi Covid-19 begitu dahsyat. Pada industri kuliner, tak sedikit pemilik bisnis yang gulung tikar, termasuk di Malaysia. Saat ini diperkirakan lebih dari 2.000 kedai mamak tutup karena krisis pegawai.
Mengutip Says Malaysia (7/2/2022), pemilik kedai kesulitan mempekerjakan warga lokal, sementara pegawai asing dari luar negeri jumlahnya sangat langka. Hal inilah yang terpaksa membuat pemilik kedai mamak menutup bisnisnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, Negeri Jiran merupakan rumah untuk ribuan kedai mamak. Kedai ini merujuk pada tempat makan yang dimiliki Muslim keturunan India (Tamil Muslim). Dahulu sebelum pandemi Covid-19, kedai mamak umumnya beroperasi 24 jam.
Menu andalan kedai mamak adalah teh tarik, roti canai, hingga susu cokelat. Tak ketinggalan beragam sajian nasi khas Melayu dan India seperti nasi lemak, nasi briyani, dan nasi kandar.
![]() |
Sayangnya di tengah pandemi Covid-19, pemilik bisnis kedai mamak harus menyerah dengan keadaan. Hal ini disampaikan ketua Asosiasi Pengusaha Restoran Muslim Malaysia (PRESMA), Datuk Jawahar Ali Taib Khan.
Ia mengatakan krisis pegawai memberi efek yang sangat besar untuk kelangsungan kedai mamak sejak larangan masuknya pegawai asing ke Malaysia. "Dari 12.000 anggota yang terdaftar di PRESMA, kini lebih dari 2.000 anggota telah menutup operasionalnya dalam dua tahun terakhir karena beberapa faktor, sebagian besar karena kekurangan tenaga kerja," kata Jawahar.
Jawahar menambahkan, PRESMA tengah membuka peluang bagi tenaga kerja lokal untuk bekerja di kedai mamak, namun tak ada respon dari warga Malaysia. Ia mengatakan warga Malaysia kurang minat bekerja di kedai makan ini.
"Yang datang melamar pekerjaan itu adalah warga senior yang kekurangan uang atau orang asing yang melarikan diri dari majikan mereka di sektor lain seperti buruh tani atau imigran," kata Jawahar.
Ia mengatakan bukan berarti pihaknya meremehkan orang tua yang masih bisa bekerja, namun kedai mamak lebih cocok dijalani oleh anak muda yang energinya masih penuh. Jawahar menjelaskan, "Anak muda lebih suka bekerja di sektor freelance, mungkin karena jam kerja yang fleksibel."
![]() |
Krisis pegawai kedai mamak tentunya berpengaruh pada jumlah anggota PRESMA yang kini hanya tinggal 10 ribu. Menurut Jawahar, banyak Tenaga Kerja Asing (TKA) yang sebelumnya menggunakan akses MyTravelPass untuk pulang kampung sebelum masa pembatasan, tidak bisa masuk kembali karena kebijakan terkait pandemi Covid-19 di Malaysia.
"Meski sudah tidak ada pembatasan dan situasi ekonomi membaik, kekurangan pegawai terus mempengaruhi operasional kedai mamak. Beberapa kedai mamak terpaksa beroperasi dengan pegawai lebih sedikit," jelas Jawahar.
Kekurangan pegawai secara besar-besaran juga menciptakan situasi yang sangat kacau dalam operasional kedai mamak sehari-hari. "Ada juga masalah pegawai tidak terampil. Biasanya, beberapa pegawai terlatih untuk menangani tugas di setiap bagian saja," kata Jawahar. Misal ada yang khusus masak, mengantarkan pesanan, hingga membersihkan toilet.
Ia menyambung, "Jadi, ketika kekurangan pegawai, operasional kedai mamak terganggu. Faktor yang paling mengkhawatirkan adalah masalah kebersihan yang menjadi prioritas PRESMA." Saat ini dibutuhkan 30 ribu pegawai untuk mengisi lowongan kerja di kedai mamak secara nasional.
(adr/odi)