Masyarakat Gorontalo biasa merayakan Maulid Nabi dengan tradisi walima. Dalam tradisi tersebut masyarakat menghidangkan aneka kue tradisional. Ini sejarah dan filosofinya.
Maulid Nabi merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peringatan Maulid Nabi pada tahun ini jatuh pada tanggal 19 Oktober 2021. Namun, hari liburnya digeser menjadi 20 Oktober 2021.
Sebagai mayoritas umat muslim terbanyak di dunia, Indonesia turut merayakan Maulid Nabi. Bahkan setiap daerah di Indonesia memiliki banyak tradisi tersendiri untuk merayakan Maulid Nabi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya Gorontalo dengan tradisi yang disebut walima. Tradisi dengan menyajikan kue tradisional tersebut tak lepas dari sejarah yang panjang dan filosofi yang mendalam.
Berikut 5 fakta tentang tradisi walima di Gorontalo:
1. Sejarah Tradisi Walima
![]() |
Walima merupakan salah satu tradisi tua yang sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Tradisi ini diperkirakan sudah dilakukan saat Gorontalo masih mengenal Islam, tepatnya pada abad ke-17.
Sejak saat itu, walima terus dilakukan secara turun temurun. Walima biasanya dilakukan dua atau satu hari sebelum Maulid Nabi. Dan ada juga yang merayakan tepat di hari H, yakni 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Islam.
Kemudian di pada tahun 1973, saat kerajaan Gorontalo menetapkan semboyan 'adat bersendikan syara dan syara bersendikan kitabullah', sejak saat itulah tradisi walima ramai dilakukan oleh masyarakat hingga sampai saat ini.
Baca Juga: Ini Hidangan Lezat Perayaan Maulid Nabi di Maroko hingga Kenya
2. Suguhan Aneka Jajanan Tradisional
![]() |
Perayaan walima saat Maulid Nabi umumnya dilakukan di masjid-masjid terdekat. Tradisi ini diawali dengan melakukan dikili atau melantunkan zikir sepanjang malam.
Kemudian di luar masjid, nantinya masyarakat akan menyiapkan aneka kue-kue tradisional. Kue-kue tersebut antara lain adalah pisangi, kolombengi, curuti, wapili, dan buludeli.
Aneka kue tradisional itu dikemas di dalam plastik, kemudian disusun dan ditata sedemikian rupa membentuk gunungan. Lalu kue tersebut diarak berjalan kaki atau bisa juga naik kendaraan.
3. Berebut Kue Tradisional
Arak-arakan kue tradisional itu pastikan akan menarik perhatian masyarakat sekitar. Arak-arakan akan berhenti di tujuan akhir, yakni di masjid.
Saat itu, masjid pasti dipenuhi oleh masyarakat sekitar. Kemudian, masyarakat lebih dulu memanjatkan doa Maulid. Baru setelah itu masyarakat akan berebut kue tradisional.
Selain itu, sebagian dari kue tradisional tersebut juga akan dibagikan kepada masyarakat untuk dibawa pulang. Mereka meyakini bahwa ada keberkahan ketika mereka mendapatkan kue tradisional yang sudah didoakan.
4. Filosofi dan Makna Tradisi Walima
![]() |
Setiap tradisi pasti memiliki filosofi dan makna yang mendalam. Begitu juga dengan tradisi walima yang dianggap sebagai bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Bukan hanya itu, dalam rangkaian acara yang mana masyarakat berebut kue juga terdapat makna di dalamnya. Menurut mereka, nenek moyang mereka mengatakan bahwa makan kue yang sudah didoakan dapat memberikan rezeki dan kesehatan.
5. Ada Tradisi Toyopo
Di dalam tradisi walima, ada juga tradisi toyopo. Toyopo merupakan wadah yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Di dalam toyopo itu kemudian diisi dengan berbagai jenis makanan.
Mulai dari nasi kuning, kue, dan telur rebus. Ketiga makanan tersebut juga menjadi salah satu makanan yang wajib disajikan dalam perayaan walima.
Toyopo dibuat oleh masyarakat secara sukarela, kemudian diantar ke masjid-masjid setempat. Toyopo itu kemudian dibagikan kepada masyarakat yang ikut berzikir di masjid.
Baca Juga: Sajian Maulid Nabi: Kuah Beulangong hingga Nasi Tumpeng