5 Fakta Menjijikkan Daging Sapi yang Pernah Diungkap

5 Fakta Menjijikkan Daging Sapi yang Pernah Diungkap

Sonia Basoni - detikFood
Selasa, 12 Okt 2021 08:00 WIB
Female cook holding wooden board of raw and frozen beef  meat.
Foto: Getty Images/iStockphoto/MarianVejcik
Jakarta -

Daging sapi sudah berabad silam dikonsumsi manusia. Ternyata ada beberapa fakta tentang daging sapi yang menjijikkan. Bahkan bisa membuat orang kehilangan nafsu makan.

Setelah daging ayam, bisa dibilang daging sapi menempati posisi teratas sebagai daging hewan yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Jenis daging sapi sendiri beragam, dan setiap negara pastinya memiliki jenis sapi yang berbeda.

Tapi menurut situs Listverse (12/10), ada beberapa fakta tentang daging sapi yang cukup mencengangkan. Mulai dari fakta bahwa daging sapi dalam jangka waktu lama bisa meningkatkan risiko terpapar kanker.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian kandungan bakteri E. Coli yang bisa tetap hidup atau aktif di dalam produk daging sapi olahan yang banyak disantap orang, dan masih banyak lagi.

Berikut lima fakta menjijikkan hingga mencengangkan tentang daging sapi.

Baca Juga: 4 Fakta Marus, Darah Hewan Kukus yang Tak Lazim Dikonsumsi di Indonesia

ADVERTISEMENT

1. Daging Direkatkan dengan Lem

Raw Meat for Making Beef Stew.Raw Meat Foto: iStock

Walaupun lem daging atau meat glue sudah dilarang digunakan, atau dilarang beredar di benua Eropa sejak tahun 2010 lalu. Tapi banyak negara lain seperti Amerika, yang masih menggunakan lem untuk menyatukan beberapa potongan daging sapi.

Sebenarnya meat glue ini, disebut aman untuk dikonsumsi dan regulasinya sudah diatur oleh badan pangan (Food & Drug Administration - FDA) di Amerika. Kebanyakan lem daging ditemukan dalam produk daging olahan, seperti sosis hingga ham.

Meat glue ini ternyata dibuat dari beberapa bakteri yang ada dalam plasma darah daging sapi. Tentu saja ada risiko tinggi keracunan makanan, dari menyantap daging sapi yang disatukan dengan lem ini. Selain itu meat glue bisa membuat daging sapi jadi lebih sulit untuk dimasak atau alot.

2. Karbon Monoksida untuk Mencerahkan Warna Daging

Raw beef steak with rosemary, thyme and garlic on wooden backgroundWarna daging Foto: Thinkstock

Karbon monoksida rupanya sering digunakan untuk mengecoh para pembeli, agar daging sapi di supermarket terlihat lebih segar dan fresh. Warnanya memang tampak lebih merah, dengan potongan daging yang lebih berwarna dibandingkan daging sapi yang tidak menggunakan karbon monoksida.

Gas karbon monoksida lumrah digunakan para produsen daging sapi untuk menghindari daging sapi mereka berubah menjadi abu-abu atau kecokelatan. Menurut FDA sendiri, memang karbon monoksida ini tidak berbahaya untuk manusia, meski mengelabui warna daging agar tetap terlihat fresh.

Akan tetapi karena karbon monoksida juga, banyak pembeli yang tertipu. Akhirnya mereka membeli daging yang sudah lama di toko, dengan paparan bakteri yang lebih tinggi. Sampai potongan daging yang lebih bau amis karena sudah tidak fresh lagi.

3. Daging Sapi Giling Mengandung Kotoran

Raw Ground Beef with Fresh Herbs and Spices- Photographed on Hasselblad H3D2-39mb CameraRaw Ground Beef Foto: iStock

Percaya atau tidak, kebanyakan daging sapi yang sudah dicincang atau digiling ternyata mengandung kotoran. Hal ini dihimpun dari data yang diterbitkan oleh Consumer Reports di tahun 2015 lalu. Mereka menyebutkan dari 300 paket daging sapi giling, yang mereka beli di 26 kota berbeda di Amerika.

Hampir 103 paket daging giling di antaranya positif mengandung kotoran. Karena daging giling ini sudah bercampur menjadi satu, para peneliti memang menemukan jejak atau kandungan kotoran dari sapi di seluruh bagian daging.

Jadi mereka menyarankan untuk tetap memasak daging sapi hingga matang. Terutama ketika mempersiapkan daging sapi yang masih mentah, sebaiknya gunakan sarung tangan karena bisa saja ada bakteri atau virus dari sisa kotoran yang tercampur di daging giling tersebut.

4. Mengandung Rambut Tikus

Mau Bikin Steak dari Daging Kurban? Ikuti Tips 'Dims The Meat Guy'Steak Foto: iStock

Rambut atau bulu tikus, mungkin menjadi hal terakhir yang dibayangkan orang-orang ketika membeli produk daging sapi giling di supermarket, atau di pasar. Setelah bagian daging giling yang mungkin saja tercampur dengan kotoran atau feses sapi.

Muncul lagi fakta mengejutkan lainnya, bahwa daging sapi giling sering mengandung rambut atau bulu tikus. Di Amerika contohnya, standard daging sapi bisa disebut sebagai produk daging hanya perlu mengandung 35% daging sapi. Sisa 65% nya bisa dicampur dengan apapun.

Misalnya tepung jagung, air, kedelai, pewarna makanan atau bahkan rambut atau bulu dari tikus. Bahkan menurut FDA, tidak masalah setiap 100 gram olahan makana atau daging giling sapi mengandung 4 helai rambut tikus.

5. Tercemar Bakteri E. Coli

Antibiotic resistant bacteria inside a biofilm, 3D illustration. Biofilm is a community of bacteria where they aquire antibiotic resistance and communicate with each other by quorum sensing moleculesBakteri Foto: iStock

Kebanyakan para peternak memang menggunakan antibiotik untuk beternak sap. Sehingga daging sapi yang mereka potong cenderung bertekstur keras dan alot. Akhirnya untuk membuat daging sapi menjadi empuk kembali, mereka menggunakan proses 'tenderizing' atau pengempuk daging menggunakan pisau hingga jarum.

Karena proses ini, mau tidak mau kandungan bakteri yang berada di luar daging sapi masuk ke dalam bagian daging sapi. Jadi ada kemungkinan besar, bakteri seperti E. Coli contohnya yang hidup di dalam daging sapi.

Apalagi jika daging sapinya diolah menjadi steak dengan tingkat kematangan sedang atau medium. Menurut Listverse, hidangan ini cukup beresiko untuk dimakan. Karena meski beberapa tipe bakteri E. Coli tidak terlalu berbahaya, tapi ada bakteri yang bisa menyebabkan diare, pneumonia hingga masalah pencernaan lainnya.

Baca Juga: Selain Ekstrem, Makanan Ini Dijamin Bikin Orang Tak Sanggup Menelannya

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Bolehkah Daging yang Sudah Dimasak Dipanaskan Berulang Kali?"
[Gambas:Video 20detik]
(sob/odi)

Hide Ads