Gastronomi diplomasi atau gastrodiplomasi atau diplomasi lewat kuliner sudah sejak zaman kuno dilakukan. Bagaimana mereka mempromosikan kuliner lokal?
Indonesia dikenal dengan keragaman kuliner dari setiap daerah. Keragaman kuliner itulah yang menjadi strategi tanah air untuk menjalani hubungan kerja sama dengan negara lainnya dalam jangka panjang.
Hal itu yang dikenal dengan sebutan gastronomi diplomasi atau gastrodiplomasi, seperti yang dibahas oleh Good News From Indonesia (GNFI) lewat diskusi virtual yang bertajuk Festival Negeri Kolaborasi (09/09).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gastrodiplomasi belakangan telah dilakukan oleh Indonesia dengan menggunakan kuliner khasnya, salah satunya adalah rendang khas Minang. Bagi masyarakat Minang, rendang bisa jadi tanda kasih sayang kepada anak. cucu dan keluarga di perantauan.
Itu karena proses membuatnya yang memakan waktu banyak dan penuh kesabaran. Kisah dan filosofi rendang itulah yang diperkenalkan secara global. Lantas, apakah gastrodiplomasi sudah dilakukan oleh Indonesia sejak zaman kuno?
1. Hanya Ada Hubungan Jual Beli Bahan Mentah
![]() |
Menurut Peneliti Ahli Utama Pusat Penelitian Arkeolog Nasional Dr. Titi Surti Nastiti, pada zaman kuno Indonesia belum mengenal gastrodiplomasi. Namun, saat itu ada hubungan jual beli bahan mentah.
Misalnya seperti beras, buah, sayur, rempah dan lainnya. Saat itu, Indonesia juga mengimpor bahan-bahan mentah untuk makanan tersebut ke luar negeri seperti India dan China.
"Kalau dilihat dari data tekstual arkeolog, prasasti dan berita asing gak pernah terlihat gastrodiplomasi," ujar Dr. Titi Surti Nastiti.
Baca Juga: Museum Gastronomi Indonesia Virtual Hadir untuk Pelestarian Kekayaan Kuliner Indonesia
2. Makanan untuk Pesta Kerajaan
![]() |
Meskipun tidak ada gastrodiplomasi, tetapi Indonesia sudah memiliki aneka kuliner khas sejak zaman kuno. Seperti saat pesta kerajaan atau acara penting untuk menyambut tamu kerajaan.
"Dulu udah ada nasi tumpeng itu tercatat bahkan dalam prasasti sebagai makanan paripurna atau makanan sempurna. Disebutkan juga dalam naskah Ramayana dari abad ke-10 melewati perjalanan panjang," ujarnya.
Selain itu, makanan yang ada di zaman kerajaan tersebut seperti wajik, dodol, tape, brem tuak, arak bandrek. Bahkan makanan lauk dari daging kerbau, kambing dan ayam.
3. Kuliner di Masa Hindu-Budha
Ada yang unik dari kuliner di masa Hindu-Budha, yakni hewan yang dikebiri. Dr. Titi Surti Nastiti mengatakan bahwa hewan yang dikebiri itu juga jadi makanan khusus untuk raja.
Bahkan tidak ada yang boleh makan kecuali dari kalangan bangsawan. Beberapa kuliner dari hewan yang dikebiri itu ada wedhus gunting (kambing), asu tugel (anjing) dan karung pulih (babi).
"Mungkin hewan yang dikebiri itu dagingnya lebih enak pas dimasak daripada hewan yang gak dikebiri," tutur Dr. Titi Surti Nastiti.
4. Gastrodiplomasi yang Dilakukan Indonesia
![]() |
Kini, Indonesia sudah melakukan banyak upaya, salah satunya di Bratislava, Slovakia dengan mengenalkan tempe. Saat itu ada acara bertajuk "Indonesian Cuisine Cooking Class 2021: Taste of Indonesia".
Dalam acara tersebut Chef Yusuf menjamu dan demo masak olahan santapan nusantara seperti tempe. Ternyata banyak warga Slovakia yang sudah mengonsumsi tempe dengan mentah tanpa memahami cara mengolahnya.
Selain itu, juga ada pameran dagang dari produk gastronomi nusantara seperti bumbu dapur untuk masakan nasi goreng, balado, soto, dan bumbu kuning.
5. Gastrodiplomasi Menghasilkan Hubungan Baik
![]() |
Gastronomi diplomasi ini sangat didukung oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Bahkan Kemenlu telah mengakui an sudah menyatakan bahwa gastronomi merupakan salah satu metode sebagai penjuru diplomasi ekonomi Indonesia.
Selain gastrodiplomasi juga menyangkut diplomasi di sektor lain seperti diplomasi pertahanan, budaya, dan lainnya. Dari gastrodiplomasi juga sudah menghasilkan hubungan baik yang terjalin antara pemerintah Indonesia dengan berbagai negara lain di antaranya Thailand, Korea Selatan, dan Jepang.