Saat ini ikan asin sering dipandang sebagai makanan murah, padahal olahan ikan ini termasuk makanan kuno. Ikan asin bahkan sudah diolah dan dikonsumsi sejak tahun 902 Masehi.
Jauh sebelum dijual di pasar saat ini, ikan asin ternyata sudah tercatat dalam prasasti kuno. Hal ini diungkapkan praktisi sekaligus pengamat kuliner Wira Hardiyansyah. Lewat instagramnya @wirahardiyansyah2.0 membeberkan temuan dan pendapatnya soal ikan asin.
Menurutnya, tradisi mengasinkan ikan sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak tahun 902 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan temuan Prasasti Panggumulan A dan B di desa Panggumulan/Sleman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Disebutkan dalam prasasti bahwa ikan asin merupakan lauk pendamping nasi yang disajikan saat jamuan makan ketika menggelar upacara penetapan sebidang tanah.
"Prasasti berbahan tembaga yang terdiri dari tiga lempeng menyebutkan hal hal mengenai jenis ikan laut yang diasinkan: ikan kakap, bawal (kadiwas), ikan kembung (ruma), dan ikan layar atau pari (layarlayar). Selain ikan laut, sumber ikan air tawar berupa dlag (ikan gabus) turut pula diasinkan, sebagaimana tertulis dalam Prasasti Rukam yang berangka 907 M," tulis Wira.
Tak hanya itu, bukti lain juga ditemukan lewat Prasasti Tlang yang menunjukkan angka 903 Masehi. Ikan asin dijadikan makanan sehari-hari sekaligus komoditi perdagangan bagi masyarakat Jawa yang tinggal di pesisir.
Ikan asin adalah bentuk produk pengawetan makanan. Tujuan dari mengasinkan ikan tak lain agar ikan lebih tahan lama sehingga bisa disimpan selama berbulan-bulan untuk dikonsumsi.
Wira juga menyebutkan, ikan asin juga tercatat dalam Prasasti Kembangarum Jawa Timur, tahun 902 Masehi masyarakat sudah menyantap ikan asin dengan nasi.
"Prasasti jaring peninggalan kerajaan kediri pun tahun 1181 sudah menyebut daerah bernama "ngasinan". Bahkan jauh sebelumnya tepatnya dalam rangkaian masa kerajaan fase Mataram Kuno yang berlangsung sejak 752 M," terang Wira.
![]() |
Sebenarnya ikan asin bukan hanya populer di Indonesia, tapi juga di Eropa. Di masa lampau, orang Eropa mengawetkan ikan cod dengan cara diasinkan. Olahan ikan ini kemudian dikenal dengan sebutan salted fish.
Sebuah penelitian bertajuk "Historical Origins of Food Preservation" yang diterbitkan tahun 2012 dari University of Georgia, Amerika Serikat, menyebut bahwa mengawetkan makanan dengan garam merupakan metode pengawetan yang paling tua.
Di akhir pendapatnya, Wira menuliskan teknik pengasinan makanan setidaknya telah dikenal sejak masa Neolitik. Ide tersebut berupa pengawetan makanan. Makanan tidak hanya dimakan mentah-mentah, dibakar atau dipanaskan dengan batu, tetapi juga sudah dipanggang dan direbus. Bahan makanan mulai diawetkan dan dijemur, disalai, diasinkan, dan dibumbui.
(dvs/odi)