Korea Utara dikenal sebagai negara yang sangat tertutup. Tetapi baru-baru ini, Kim Jong Un mengakui bahwa Korea Utara kekurangan bahan makanan.
Korea Utara dikenal sebagai negara yang terutup bahkan terisolir dari kehidupan global. Pemimpin Korea Utara menerapkan pembatasan super ketat pada warga negaranya untuk dapat megakses informasi maupun kontak dengan masyarakat di negara-negara lainnya.
Menjadikan negaranya menjadi negara yang mandiri menjadi tujuan utama pemerintah Korea utara yang dikenal otoriter. Bahkan semenjak pandemi COVID-19 berlangsung di hampir seluruh dunia, Korea Utara menutup rapat-rapat negaranya untuk menghindari jangkitan COVID-19 menyebar di negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun baru-baru ini sebuah pernyataan mengejutkan disampaikan oleh pemimpin yang terkenal dengan aturannya yang begitu ketat yaitu Kim Jong Un. Kim Jong Un menyampaikan bahwa Korea Utara mengalami krisis pangan akibat keterbatasan bahan makanan di negaranya.
Baca juga: YouTuber Ini Mukbang di Restoran Korea Utara, Ada Menu Apa Saja?
![]() |
Dilansir melalui BBC (18/6) Kim Jong Un menyampaikan bahwa sektor agrikultur di Korea Utara telah gagal memenuhi target kecukupan pangan akibat badai angin topan yang terjadi pada tahun lalu. Badai tersebut juga dikabarkan menyebabkan banjir yang merusak banyak wilayah pertanian sehingga menyebabkan gagal panen terjadi di mana-mana.
"Kondisi stok bahan pangan untuk masyarakat kini semakin tertekan," kata Kim Jong Un.
Bahkan sebuah laporan melalui NK News menyampaikan bahwa harga satu kilogram pisang dibanderol mencapai Rp 650 ribu. Akibat kegagalan tersebut, Korea Utara hanya bisa menggantungkan harapannya pada kerjasama terhadap China. Korea Utara mengupayakan pemenuhan stok pangan melalui kerjasamanya dengan China dalam bidang makanan, pupuk hingga bahan bakar.
![]() |
Kesulitan Korea Utara dalam mendapatkan bantuan dari negara-negara lainnya juga disebabkan oleh sanksi yang tengah mereka terima akibat program nuklir yang dilaksanakan. Kim Jong Un mengungkapkan ketegangan akibat stok bahan makanan yang menipis tersebut pada komite pusat Partai Buruh di ibu kota Korea Utara, Pyongyang.
Hingga saat ini laporan terkait adanya permasalahan kelaparan yang memakan korban jiwa masih belum dilaporkan dengan angka yang pasti. Tetapi menurut perhitungan dan perkiraan dapat diestimasikan lebih dari tiga juta masyarakat telah meninggal akibat kelaparan yang terjadi, terutama di desa-desa terpencil.
Kim Jong Un yang sangat berupaya untuk menutup negaranya dari pandemi global ini telah mengakui bahwa kondisi negaranya justru semakin memburuk. Pembatasan ketat yang diberlakukan juga membuat organisasi yang ingin membantu kesulitan untuk masuk dan memberikan donasi berupa makanan, obat-obatan maupun berbagai pasokan lainnya.
Kondisi stok pangan di Korea Utara ini sebenarnya juga telah menjadi perhatian banyak negara tetapi penutupan negara Korea Utara dari bantuan negara-negara lainnya membuat mereka sulit untuk dicapai. Para pakar menyebutkan jika Korea Utara terus menolak bantuan dari organisasi internasional, nyawa masyarakatnya akan menjadi taruhan yang besar.
Baca juga: Injogogibap hingga Talpi, Ini 5 Camilan Populer di Korea Utara
(dfl/adr)