5 Fakta Kontroversial Daging Sapi, Tercemar Bakteri Feses dan Pestisida

5 Fakta Kontroversial Daging Sapi, Tercemar Bakteri Feses dan Pestisida

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Kamis, 17 Jun 2021 18:00 WIB
Kacau! Hobi Makan Daging Sapi Mentah, Perut Pria Ini Penuh Cacing Pita
Foto: ViralPress
Jakarta -

Daging sapi jadi salah satu sumber protein hewani andalan. Di balik kepopuleran daging sapi, ada fakta kontroversial. Tercemar feses hingga pestisida.

Daging sapi dikonsumsi banyak orang di seluruh dunia. Nutrisinya yang bagus, rasanya yang enak, dan olahannya yang beragam membuat daging sapi begitu digemari.

Daging sapi ditawarkan dalam bentuk potongan utuh atau berupa daging giling. Di supermarket, produk daging sapi pun mudah didapat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun di balik kepopuleran daging sapi, ada beberapa fakta kontroversial yang membuat daging sapi jadi sorotan. Hal ini terkait kandungan dan pemrosesan daging sapi.

Daging sapi, misalnya, mungkin tercemar bakteri feses karena proses pengolahan yang kurang bersih. Lalu ada juga risiko daging sapi mengandung pestisida karena sapi mengonsumsi rumput atau tanaman lain yang diberi pestisida.

ADVERTISEMENT

Listverse (15/6) merangkum fakta kontroversial daging sapi seperti berikut:

1. Mungkin mengandung rambut tikus

Jorok! Tikus Hingga Saus Bekas yang Dipakai Lagi Ditemukan di RestoranFoto: iStock

Daging giling merupakan salah satu olahan daging sapi populer. Jenis daging ini bisa digunakan untuk beragam masakan, termasuk patty burger. Namun kamu perlu mengetahui fakta menarik di balik daging sapi giling.

Di Amerika Serikat, untuk mengkualifikasi daging sebagai daging giling, paling tidak harus mengandung 35% daging sapi sungguhan. Sisanya, yaitu 65% boleh mengandung bahan-bahan lain seperti tepung pati jagung, air, kedelai, pewarna makanan, atau kontaminan lain seperti rambut tikus!

Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) membolehkan ada 4 helai rambut tikus pada tiap 100 gram makanan olahan, termasuk daging giling. Bukan tanpa alasan, sebab kontaminan seperti rambut tikus ini dianggap tidak bisa terhindarkan pada produk makanan massal.

Pasalnya meski produsen sebisa mungkin sudah menyingkirkan semua hama, tetap saja secara alami hama seperti serangga atau hewan lain akan tertarik pada produk makanan. Kuncinya adalah meminimalisir keberadaan kontaminan seperti ini.

Baca Juga: Duh! Makan Daging Busuk Agar Mabuk Jadi Tren Baru yang Berbahaya

2. Bakteri feses pada daging giling

Pada produk daging giling, kontaminan yang mungkin juga ditemukan adalah bakteri feses atau tinja. Pada 2015, laporan Consumer Reports di Amerika Serikat menemukan, dari 300 kemasan daging giling yang diperiksa dari 103 gerai di 26 kota, hasilnya positif terkontaminasi bakteri feses.

Bakteri feses ini berada di seluruh bagian kemasan daging giling. Bakteri ini bisa mengontaminasi sekitar jika kamu mengolah daging giling dengan cara yang tidak tepat. Akibatnya, jika termakan, seseorang bisa sakit seperti infeksi saluran kemih dan darah.

Lantas bagaimana feses mengontaminasi daging giling? Ini mungkin berasal dari proses penyembelihan hewan dan pemrosesan setelahnya. Bakteri feses bisa bersembunyi di dalam usus sapi atau di kulit hingga berakhir di daging juga.

3. Injeksi karbon monoksida

daging tetap merah segar walau disimpan lamaFoto: GettyImages

Di balik tampilan daging sapi yang merah dan menggugah selera di supermarket, ternyata daging sapi mungkin diinjeksi dengan gas karbon monoksida. Penggunaan gas ini bisa mencegah daging berwarna abu-abu atau kecokelatan.

FDA mengenali karbon monoksida sebagai alat penstabil warna daging. Meski gas ini tidak secara langsung membahayakan kesehatan, namun penggunaannya bisa menutupi soal kesegaran daging yang sebenarnya.

Mungkin saja daging sapi yang ada di rak supermarket tidak benar-benar segar, namun karena ditambahkan gas ini, konsumen jadi tertipu. Karenanya konsumen juga perlu memperhatikan tanggal produksi daging saat membelinya. Perhatikan juga tekstur dan aroma daging untuk mendapat daging sapi yang benar-benar segar.

Baca Juga: Ini Beda Daging Sapi Segar, Beku, dan yang Dilayukan

4. Daging diberi 'lem'

Fakta mencengangkan lain dari daging sapi adalah kemungkinan adanya penggunaan 'lem' untuk merekatkan antar potongan daging sapi. Lem ini sebenarnya transglutaminase. FDA mengklasifikasikannya sebagai bahan tambahan pangan yang aman.

Dengan menggunakan 'lem' daging sapi, produsen bisa mengumpulkan potongan-potongan daging ini jadi satu sehingga tampilannya lebih menarik untuk dijual. Lalu terbuat dari apakah 'lem' daging sapi?

Transglutaminase dibuat menggunakan bakteri dari plasma darah sapi. Hal inilah yang lantas jadi sorotan karena bisa menimbulkan risiko keracunan makanan. Dampak lainnya, daging 'lem' akan lebih sulit dimasak.

5. Cemaran pestisida

Sop Iga Sapi Bening Khas BetawiFoto: iStock

Di Amerika Serikat, banyak pestisida yang dipakai di tanaman sifatnya beracun dan bisa berakhir di makanan yang dikonsumsi. Ketika hewan, seperti sapi, makan tanaman yang terkontaminasi pestisida, maka pestisida itu juga mungkin terkandung dalam daging sapi nantinya.

Pestisida yang tidak sengaja terkonsumsi bisa menyebabkan berbagai dampak kesehatan. Dalam jangka pendek seperti diare, mual, pusing, dan ruam. Sementara untuk jangka panjang bisa mengganggu sistem reproduksi hingga endokrin.

Baca Juga: Antibiotik dan Pestisida Dalam Bahan Makanan Bisa Sebabkan Kegemukan

(adr/odi)

Hide Ads