Sampah makanan yang menumpuk membuat wanita ini prihatin. Iapun mencoba dalam sebulan konsumsi 7 bahan makanan. Ini pelajaran yang diperolehnya.
Semakin hari sampah makanan terus menumpuk dan sulit diatas. Baik di Indonesia maupun secara global tumpukan sampah makanan ini sangat sulit untuk diatasi.
Berbeda dengan sampah yang bisa didaur ulang. Makanan hanya bisa digunakan secara efektif agar tidak menjadi limbah yang menumpuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Limbah makanan ini bukan hanya berasal dari restoran dan hotel. Nyatanya, limbah makanan rumah tangga menjadi penyumbang limbah makanan terbesar di dunia.
Dilansir dari Today (23/3), seorang wanita bernama Jen Hatmaker mencoba hanya memakan 7 bahan makanan selama satu bulan. Bahan makanan tersebut berupa ayam, telur, roti gandum, ubi, bayam, alpukat dan apel. Tanpa minyak zaitun, tanpa kopi bahkan tanpa camilan.
Eksperimen yang dilakukan ini sebenarnya merupakan bagian dari tantangan personal yang ia berikan kepada dirinya. Bukan hanya makanan, Hatmaker juga membatasi penggunaan pakaian, akses terhadap media, sampah, pengeluaran, stres dan benda-benda lain yang ia miliki.
"Kita menghabiskan banyak makanan, tetapi aku tidak benar-benar bisa mengetahui apa yang aku pikirkan tentang hal tersebut," kata Hatmaker.
Melalui pemeriksaan singkat, Hatmaker menemukan 300 bahan di dalam kulkas, freezer dan dapurnya. Menurutnya, jumlah makanan sebanyak itu bukan jumlah yang masuk akal untuk konsumsi sebuah keluarga.
Baca juga: Makan 'Sampah' Supermarket, Guru Ini Hemat Rp 13 Juta dalam 2 Bulan
Dari eksperimennya ini ada beberapa pelajaran besar yang didapatkan setelah membatasi segala kebutuhan hidup.
1. Lebih Hemat
![]() |
Hatmaker tidak melibatkan anaknya dalam eksperimen ini. Tetapi anak-anaknya secara tidak langsung ikut mencontoh bahkan dapat hidup dalam satu bulan hanya dengan apel.
Setelah tantangan ini selesai, Hatmaker mulai kembali menambahkan beberapa makanan organik ke dalam pola makannya. Tetapi ia sudah benar-enar berhenti mengonsumsi makanan olahan dan mengubahnya menjadi makanan yang lebih alami.
2. Merasa Lebih Baik
![]() |
"Aku memperhatikan perubahan yang begitu dramatis pada apa yang aku rasakan, bagaimana penampilanku, bagaimana kondisi kulitku, kualitas tidur, pencernaan dan tingkat energi. Ada sesuatu tentang makan makanan, tentang clean eating dan mengeliminasi makanan olahan secara besar dalam pola makan," kata Hatmaker.
Hatmaker bahkan mendapatkan kanker yang ia idap menjadi lebih baik. Ia juga merasakan perubahan kualitas tidur yang sangat baik dan membuatnya tertidur dengan sangat lelap. Hal tersebut bahkan diakui hanya sebagian kecil manfaat yang ia dapatkan dari eksperimen yang dilakukan.
Hatmaker mengakui bahwa terkadang ia merindukan makan makanan favoritnya. Menurutnya, ia merasakan seperti ada sinyal yang menginginkan kembali makan makanan olahan. Tetapi ini tidak mempengaruhi keputusannya untuk berhenti mengonsumsi makanan olahan.
Eksperimen yang dilakukan oleh Hatmaker ini secara tidak langsung juga mengajarkan anak-anaknya untuk bersyukur terhadap makanan yang disajikan. Sesekali, ia menyajikan ikan goreng setelah seminggu hanya mengonsumsi bahan makanan yang sama. Ketika ia tinggal sesaat ke dapur dan kembali ke ruang makan, ia menemukan anak-anaknya telah menghabiskan hidangan tersebut tanpa sisa.
Hingga sekarang, keluarganya pun mulai terbiasa untuk bersyukur atas makanan yang tersaji di meja makan. Ini merupakan salah satu perubahan baik yang ia syukuri dalam eksperimen ini.
Biaya yang biasanya dihabiskan untuk makanan, sekarang telah dialokasikan untuk membuat suatu perubahan. Misalnya mereka mulai mengalokasikan biaya makan kepada pendanaan komunitas yang mendukung agrikultur. Membeli bahan-bahan organik di petani setempat dan lebih memilih untuk membantu produksi bahan-bahan lokal untuk lebih cepat terjual.
"Saat pergi ke pasar pertanian, kami membawa tas belanja dan mereka akan memberikan sebuah lettuce ke dalam tas. Bahkan tidak ada kemasan apapun yang akan ditemukan," kata Hatmaker.
Hatmaker juga mengatakan bahwa jika eksperimen ini dilakukan oleh banyak orang ini akan menjadi momentum yang sangat berdampak baik bagi perubahan dunia. Mungkin, eksperimennya hanya bertahan selama satu bulan. Tetapi pelajaran hidup yang sangat berharga akan didapatkan dan bisa diaplikasikan untuk selamanya.
Baca juga: Kurangi Limbah Makanan, China Awasi Video Makan di Internet
(sob/odi)