Popcorn identik sebagai camilan bioskop di seluruh dunia. Ternyata begini sejarah popcorn bisa menjadi camilan bioskop populer.
Popcorn merupakan camilan berbahan dasar jagung yang identik dengan bioskop. Pergi ke bioskop untuk menonton film terasa kurang lengkap tanpa membawa popcorn sebagai camilan. Sekantong popcorn dan segelas soda atau minuman dingin akan membuat pengalaman menonton di bioskop lebih lengkap.
Popcorn tidak hanya populer sebagai camilan di bioskop saja, tapi juga bisa menjadi suguhan saat kumpul bersama keluarga atau teman. Teksturnya yang renyah dengan cita rasa gurih khas jagung membuat popcorn jadi favorit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di balik kenikmatan popcorn, siapa sangka popcorn sudah ada di bioskop sejak hampir 100 tahun lalu. Di Amerika Serikat, popcorn menjadi primadona bioskop sejak jauh di masa lalu.
![]() |
Dikutip dari Serious Eats (17/7), popcorn pertama kali dijual di dalam bioskop hampir 100 tahun yang lalu. Penjualan popcorn berhasil meningkatkan keuntungan bisnis bioskop saat Amerika Serikat tengah memasuki depresi ekonomi.
Bagi banyak orang sana, aroma popcorn saja sudah memicu kenangan bahagia saat pergi ke bioskop. Bahkan aroma popcorn sudah sangat menggoda mulai dari saat melihat-lihat daftar film yang tayang sebelum membeli tiket.
Saat bioskop harus tutup akibat pandemi virus Corona, hal unik terjadi. Alih-alih menurun, penjualan popcorn di toko-toko Amerika Serikat ternyata tidak mengalami penurunan, justru mengalami peningkatan hingga menghasilkan penjualan 30 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya, menurut data dari Nielsen.
Sejarah Popcorn
![]() |
Menurut Institut Nasional Antropologi dan Sejarah Meksiko, jagung yang merupakan bahan utama popcorn tumbuh sebagai rumput liar yang disebut teosinte di Barat Daya Meksiko. Jagung diperkirakan mulai dibudidaya sebagai tanaman sekitar 9.000 tahun lalu. Lalu pada tahun 2012, arkeolog menemukan bukti pertama popcorn di Peru dengan temuan bonggol jagung berusia 6.700 tahun dengan kernel atau biji jagung di dalamnya.
Popcorn yang dikenal dan digemari sekarang adalah hasil budidaya dari beberapa varietas jagung berbeda oleh suku-suku masa lampau.
Lalu untuk pemrosesan jagung secara modern menurutUSDA adalah jagung untuk popcorn ditanam, dimatangkan di tangkai, dipetik, dan kemudian dikeringkan sampai setiap kernel mengandung sekitar 14 persen kelembaban. Ketika terkena panas atau dimasak, kelembaban pada jagung akan mengembang sehingga menyebabkan kernel itu 'meledak' dan jadilah popcorn.
Berawal Dari Peternakan Menjadi Komoditas
![]() |
Di Nebraska, Iowa, dan Indiana, jagung menjadi tanaman mahal yang begitu penting sehingga dijuluki "emas padang rumput". Inovasi pengolahan jagung menjadi popcorn muncul di abad 19.
Pada tahun 1875, Frederick J. Myers mematenkan mesin corn-popping yang bisa menghasilkan popcorn. Tapi ketenaran popcorn baru meluas setelah pada pedagang bisa membawa mesin itu berkeliling sambil berjualan.
Hal tersebut terjadi pertama kali di Chicago pada tahun 1885. Tepatnya ketika Charles Cretors menemukan mesin listrik ringan yang bisa memasak jagung dalam minyak dan memungkinkan penjual popcorn berjualan dengan mudah.
Baca Juga: Mengapa Popcorn di Bioskop Lebih Enak daripada Buatan Sendiri?
Delapan tahun kemudian, Cretors mengembangkan model mesin itu dengan menambahkan alat yang bisa menggabungkan mentega dan garam ke popcorn. Merek popcorn komersial pertama juga dimulai pada waktu yang sama ketika Albert Dickinson Co dari Iowa yang menjual kernel dengan nama Big Buster dan Little Buster, berjualan pada tahun 1880-an.
Pada tahun 1892, James T. Nvoods dari Utah mengajukan permohonan untuk mematenkan mesin yang dapat melapisi jagung dengan gula sehingga membantu masa simpan popcorn lebih lama. Lapisan kernel dipisahkan sehingga popcorn bisa dikemas tanpa menjadi melempem.
Sekitar saat itu, dua bersaudara mulai bereksperimen dengan cara baru untuk membumbui popcorn. Berasal dari Jerman, Frederick dan Lewis Rueckheim menjual setumpuk popcorn kecil yang mereka buat dengan sebuah alat genggam. Pada tahun 1896, mereka mengembangkan kombinasi Cracker Jack yaitu kombinasi popcorn renyah dan kacang asin yang dilapisi molase.
Abad ke-20 terjadi lebih banyakpematenan untuk popcorn, masing-masing bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk atau memperbaiki alat-alat perdagangan.
Popcorn Masuk Bioskop
![]() |
Sekitar 1920-1930 kehadiran pengunjung bioskop mencapai 25 juta orang per minggu. Penjual makanan ringan mencatat bahwa mereka yang biasanya hadir di acara olahraga atau festival mulai mendirikan toko di luar bioskop.
"Banyak bioskop telah memasang lobi mereka dengan karpet untuk meniru lobi teater besar," tulis Andrew Smith dalam Popped Culture: A Social History of Popcorn di Amerika.
Sayangnya, pergeseran ini menyebabkan kerugian untuk industri lain. Komunitas kecil atau teater pedesaan ditutup karena tidak mampu menyaingi teknologi baru. Kemudian mulai ada pergeseran camilan pada bioskop juga yang awalnya berupa makanan dengan sampanye menjadi popcorn dengan soda.
Namun saat depresi ekonomi besar terjadi di Amerika, popcorn menjadi salah satu makanan mewah. Depresi ekonomi ini bahkan berdampak juga ada bioskop yang mulai menyewakan lobinya untuk para penjual popcorn.
Smith juga menulis tentang seorang petani Oklahoma yang membeli kembali tiga peternakan dengan uang hasil penjualan popcorn sebesar $ 190.000 d atau setara dengan Rp 2 miliar dari penjualan popcorn di beberapa lokasi.
Salah satu vendor Kansas City, Julia Braden, juga mendapatkan penghasilan tahunan senilai hampir $ 230.000 atau setara dengan Rp 3 miliar setelah berhasil bernegosiasi dengan teater lokal untuk membiarkannya menjual popcorn kepada penonton film.
Bioskop akhirnya mulai menawarkan minuman mereka bahkan penjualan satu paket tiket beserta popcorn dan minuman. Bioskop bahkan bersedia mengambil kerugian pada tiket untuk mendorong tamu membeli camilan yang ternyata lebih menguntungkan.
Keuntungan ini ternyata masih berlanjut sampai hari ini dimana penjualan popcorn dapat menghasilkan markup antara 800 dan 1.500 persen.
Popcorn Kemasan
![]() |
Dengan penjualan popcorn yang sangat menguntungkan, bisnis besar popcorn beralih ke target berupa pelanggan di rumah, terutama setelah orang Amerika mulai menonton televisi selama tahun 1940-an. Popcorn dibuat untuk bisa dinikmati mereka yang menonton pertandingan atau acara hobi lain di rumah dengan memanaskan popcorn di atas kompor.
Setelah popcorn terkenal sebagai camilan untuk menonton di rumah, kemudian microwave hadir. Microwave mulai diciptakan 2 tahun setelah popcorn kemasan dijual secara bebas.
Microwave untuk membuat popcorn secara nasional mendatangkan keuntungan hingga $53 Juta atau setara dengan lebih dari Rp 7 Triliun. Semenjak saat itu perkembangan dan penjualan popcorn dan microwave terus meningkat.
Kegagalan Popcorn
![]() |
Sebuah penelitian tahun 2008 menemukan bahwa diacetyl, bahan kimia yang digunakan dalam penyedap mentega buatan, dapat menyebabkan Alzheimer dan paru-paru. Hal ini berasal dari kantong yang bisa dimicrowave dilapisi dengan asam perfluorooctanoic (PFOA) yang terkait dengan kondisi yang dijuluki paru-paru popcorn karena penyakit pernapasan yang diderita akibat pengaruh penggunaan microwave.
Pada tahun 2013, AdAge melaporkan bahwa konsumen juga mulai bosan saat memasak popcorn terlalu lama. Pertumbuhan popcorn microwave sangat kecil, dibandingkan dengan pertumbuhan di antara popcorn yang telah muncul seperti Smart Food dan Skinny Pop. Tren tersebut menunjukkan bahwa konsumen menginginkan popcorn yang siap dimakan.
Popcorn microwave memiliki kecenderungan untuk mudah terbakar. Beberapa waktu belakangan ini juga ada kasus serupa saat memasak popcorn menggunakan microwave.
Baca Juga: Begini Ceritanya Popcorn Bisa Jadi Camilan Wajib di Bioskop Seluruh Dunia