Menimbulkan pro dan kontra, RUU minuman beralkohol masih ramai dibahas. Para chef dari industri kuliner yang menyampaikan tanggapan mereka tentang hal ini.
Pertama kali diusulkan pada tahun 2015 lalu, Rancangan Undang-Undang (RUU) Minuman Beralkohol kembali masuk ke dalam daftar Prolegnas Prioritas 2020. RUU ini diusulkan oleh 21 anggota DPR dari berbagai Fraksi.
Dalam rancangan ini disebutkan bahwa semua minuman yang mengandung etanol yang diproses dari hasil pertanian hingga fermentasi, masuk ke dalam golongan minuman beralkohol. Termasuk minuman beralkohol tradisional juga dilarang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nantinya RUU Minuman Beralkohol ini akan mengontrol ketat peredaran hingga konsumsi alkohol di masyarakat.
Sejak RUU Minuman Beralkohol muncul, banyak pro dan kontra yang terjadi di kalangan masyarakat.
Ada yang mendukung RUU ini karena dinilai dapat membantu mencegah penyalahgunaan alkohol. Selain itu juga mengurangi dampak negatif dari konsumsi alkohol.
Banyak juga yang kontra, karena menurut mereka RUU ini akan berdampak besar pada industri pariwisata di Indonesia. Termasuk imbasnya pada petani kecil yang memproduksi arak sampai tuak.
Dari industri kuliner sendiri, 4 orang chef menyampaikan pendapat dan opini mereka tentang RUU Minuman Beralkohol. Berikut tanggapan ini tanggapan mereka saat dihubungi detikcom dalam waktu berbeda.
Baca Juga: RUU Minuman Beralkohol Ancam 5 Miras Tradisional Indonesia
1. Chef Haryo Pramoe
![]() |
Chef Haryo Pramoe merupakan salah satu chef di Indonesia yang sangat mendukung RUU Larangan Minuman Beralkohol ini. Chef yang terkenal jago masak di alam terbuka ini, mengungkapkan bahwa ia merupakan aktivis dari gerakan Antimiras.
"Saya mendukung proses RUU ini, karena memang saya salah satu aktivis bagian dari gerakan Antimiras, bersama Ibu Fahira Idris selaku Ketua Umum Gerakan Nasional Antimiras (Genam)," ungkap Chef Haryo kepada detikFood (13/11).
Chef yang kini lebih fokus mendalami ilmu agama ini, menjelaskan bahwa transisi pasti ada. Namun tidak perlu dibesar-besarkan atau dipolitisir.
"Kita lihat saja Malaysia dan Qatar dalam memberlakukan undang-undang minuman beralkohol di negara mereka. Semua berjalan beriringan dan pada koridor masing-masing. Yang di maksud koridor adalah Undang-undang bagi umat Muslim yang dilarang minum alkohol," jelas chef yang kini menjabat sebagai Corporate exec Chef Horison Hotels Indonesia.
Justru Chef Haryo mengkhawatirkan bahwa penjualan minuman beralkohol akan semakin liar dan tidak terdeteksi tanpa pembatasan ini. Tentunya hal ini membahayakan generasi muda, ia juga melihat bahwa minuman alkohol ini tidak membawa banyak manfaat kepada masyarakat.
Untuk pengganti alkohol pada bahan pastry atau makanan tertentu, menurut Chef Haryo kini teknologi pangan sudah semakin canggih.
"Jaman sudah berkembang, teknologi pangan sudah semakin canggih. Banyak bahan pengganti alkohol artifisial dengan rhum dan lain-lain," pungkasnya.
2. Chef Stefu Santoso
![]() |
Chef Stefu Santoso yang terkenal sebagai Executive Chef APREZ Catering dan AMUZ Gourmet, juga menyampaikan tanggapannya tentang RUU Larangan Minuman Beralkohol.
"Saya terus terang belum pernah baca detail mengenai aturan ini. Tapi setahu saya ini masih wacana atau masih rancangan saja. Kondisinya belum disahkan, tapi sudah menuai pro dan kontra," jelas chef yang memenangkan World Top Outstanding Master Chef Award 2019.
"Yang perlu dipikirkan adalah dampak RUU ini pada industri. Terutama di sektor pariwisata setelah turun drastis karena pandemi. Dampaknya bisa saja turis asing jadi males masuk Indonesia. Mereka ke Indonesia tujuannya untuk wisata dan berlibur, mau relax. Karena larangan minuman beralkohol ini, pasti jumlah wisatawan dan turis asing akan terus menurun," lanjutnya kepada detikFood.
"Kalau menurut saya minuman alkohol itu sebenarnya mirip seperti kopi. Semua orang tahu bahwa kopi mengandung kafein yang tinggi, tapi mereka tetap meminumnya. Sebenarnya ini kembali pada pilihan masing-masing orang. Tapi kalau RUU ini disahkan, yang akan terjadi banyak orang yang kucing-kucingan dalam menjual minuman beralkohol," tutur Chef Stefu.
Selain berdampak pada sektor pariwisata. Chef Stefu juga khawatir bahwa RUU ini akan berdampak pada produsen alkohol lokal, seperti bir lokal yang nantinya akan merumahkan ribuan pegawai mereka, hingga pihak distributor dan supplier yang melakukan PHK besar-besaran.
3. Chef Chandra Yudasswara
![]() |
Sebagai selebriti chef sekaligus pengusaha restoran, Chef Chandra Yudasswara turut menyampaikan opininya tentang RUU Larangan Minuman Beralkohol ini.
Kepada detikFood ia mengungkapkan merasa keberatan dengan RUU yang satu ini. Menurutnya Indonesia merupakan negara republik yang berdasarkan Pancasila dan menganut majemuk kepercayaan yang dianut.
"Kalau hanya berdasarkan 1 kepercayaan menurut saya itu tidak adil. Sesuai sila keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, dan ini dampaknya akan sangat luas untuk pariwisata dan industri kuliner," jelas chef yang kini fokus mengelola beberapa restorannya.
"Karena pandemi sektor pariwisata dan kuliner sedang terpuruk, kita sedang mencoba bangkit. Jadi saya kurang setuju dengan RUU ini," lanjutnya.
Menurut Chef Chandra jika RUU ini disahkan, ia sangat menyayangkan jika hal itu terjadi. Karena tidak akan ada lagi warna di industri kuliner.
Sementara untuk pengganti alkohol dalam bahan makanan maupun kue, Chef Chandra menyebutkan memang ada banyak bahan esens atau perisa untuk menggantikannya. Tapi untuk rasanya tidak bisa disamakan, karena esens ini hanya untuk menyamakan aroma saja.
4. Chef Yongki Gunawan
![]() |
Berkarir lebih dari 40 tahun yang lalu di dunia pastry Indonesia, Chef Yongki Gunawan masih aktif membagikan cooking class sampai konten video resep interaktif di YouTube.
Pakar kue dan pastry yang satu ini juga memberikan tanggapannya terkait RUU Minuman Beralkohol.
"Tanggapan saya sebagai chef sekaligus pakar kuliner, saya sama sekali tidak setuju dengan RUU ini. Karena tidak semua orang tidak mengkonsumsi alkohol. Memang budaya minum ini berasal dari Eropa. Tapi di Bali, Tanah Toraja, dan wilayah Indonesia lainnya mereka menggunakan minuman alkohol tradisional untuk menyambut para turis asing di sana," ungkapnya kepada detikFood.
Meski bukan peminum, tapi Chef Yongki melihat bahwa RUU ini akan membawa dampak yang sangat besar pada industri pariwisata dan restoran.
"Sebenarnya banyak makanan Indonesia yang mengandung alkohol meski rendah. Misalnya tape singkong, tape beras, dan semua roti itu mengandung alkohol karena proses fermentasinya. Termasuk seperti asinan dan manisan. Contohnya asinan khas Jakarta, itu melalui proses fermentasi selama beberapa hari sama seperti tape singkong," jelas Chef Yongki.
"Jadi kalau RUU ini disahkan, tentunya banyak pengusaha makanan dan katering yang terkena dampaknya. Belum lagi dampaknya pada pariwisata, turis asing akan terus menurun dan ini berbahaya tentunya untuk sektor pariwisata. Padahal Indonesia punya banyak destinasi wisata terbaik di dunia," ungkapnya.
Chef Yongki justru lebih setuju jika pemerintah melakukan penyuluhan atau edukasi tentang minuman beralkohol, kepada anak-anak, remaja, sampai orang-orang yang awam sehingga penyalahgunaan minuman beralkohol bisa dihindari.
Baca Juga: RUU: Peminum Minuman Beralkohol Dibui 2 Tahun atau Denda Rp 50 Juta
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(sob/odi)