2. Kue putu di Indonesia
Di Indonesia pun kue putu termasuk kue klasik. Sebutan kue putu atau puthu sudah populer sejak tahun 1814 karena tercatat dalam Serat Centhini di masa kerajaan Mataram.
Di dalam naskah tersebut kata puthu muncul saat Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyediakan hidangan pagi. Dari hidangan tersebut terdapat puthu sebagai makanan pembuka atau camilan.
Di naskah Centhini pula disebutkan Nyai Daya dan Nyai Sumbaling tengah menyiapkan kudapan setelah shalat Subuh. Di hidangan tersebut terhidang gemblong, ulen-ulen, serabi, puthu, jadah, jenang, dendeng balur, dendeng gepuk, pisang bakar, kupat, balendrang, jenang grendul, pisang raja dan wedang bubuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3. Bahan baku kue putu
![]() |
Kue putu terbuat dari bahan baku tepung beras, kelapa parut dan gula merah. Tepung beras yang digunakan untuk membuat kue putu ini sengaja ditumbuk kasar untuk menghasilkan tekstur khas dari kue putu.
Secara tradisional, kue putu dimasak dengan cetakan bambu yang sudah dipotong-potong. Rongga bambu diisi tepung beras kemudian bagian tengahnya diisi gula merah yang sudah disisir.
Kue putu lantas dikukus hingga matang. Kemudian disajikan dengan kelapa parut yang sudah dikukus. Meskipun dahulu kue putu jadi menu sarapan, kini justru populer jadi kudapan sore yang disantap sambil menikmati kopi atau teh.
Simak Video "Mengenal Keluarga Penjual Kue Putu Turun-temurun di Bali"
[Gambas:Video 20detik]