Ada yang unik dari metode pertanian di Thailand. Petani sengaja melepas 10 ribu bebek ke ladang untuk membersihkan hama, gulma, dan sisa-sisa tunggul padi.
Dikutip dari Reuters (23/9), usai panen padi, para petani di Nakhon Pathom, Thailand sengaja membiarkan 10 ribu bebek 'menginvasi' sawah demi memperbaiki kualitas pertanian. Metode ini rupanya tradisi yang sudah dipraktikkan bertahun-tahun lamanya.
Orang-orang Thailand menyebutnya "ped lai thoong" yang berarti "bebek pemburu ladang." Jenis bebek yang digunakan bukan sembarangan, melainkan turunan Inggris yaitu bebek Khaki Campbell.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Mereka digiring ke ladang usai 20 hari berada di tempat pembibitan. Nantinya bebek-bebek ini dibesarkan di ladang selama 5 bulan, lalu dikembalikan ke tempat semula untuk memproduksi telur selama 3 tahun.
"Keuntungan (untuk pemilik bebek) adalah kami mengurangi biaya pemberian pakan untuk bebek," kata Apiwat Chalermklin, peternak bebek yang meneruskan bisnis dari ayahnya.
Baca Juga: Pertanian Ramah Lingkungan di Jepang Pakai Bebek Sebagai Pembasmi Hama!
![]() |
Sedangkan bagi petani, kehadiran bebek di ladang mereka juga tak kalah menguntungkan. Bebek-bebek ini bantu memakan hama pertanian sehingga petani bisa mengurangi penggunaan bahan kimia dan pestisida.
Terlihat bebek-bebek Apiwat makan banyak hama seperti siput dan serangga. Mereka bebas mengitari ladang yang luasnya 67 hektar.
Apiwat sendiri punya empat kawanan bebek yang dilepaskan di ladang berbeda di sekitar provinsi Nakhon Pathom. Sebab para petani biasanya menanam tiga tanaman padi setiap tahun.
![]() |
"Bebek-bebek membantu makan siput murbai dan sisa-sisa sekam pada yang tidak diinginkan. Bebek juga menginjak tunggul padi untuk meratakan tanah dan memudahkan pembajakan," kata petani bernama Prang Sipipat.
Saat ini para petani di Thailand mengatakan sistem tersebut menguntungkan pemilik bebek dan sawah, hanya saja mereka khawatir akan terjadi bencana kekeringan yang mengganggu semua proses di atas.
Seperti diketahui, Thailand yang merupakan pengekspor beras terbesar kedua di dunia alami kekeringan berkepanjangan yang mempengaruhi banyak daerah penanaman tahun ini.
Baca Juga: Peneliti Bisa Tanam Sayur di Antarktika dengan Metode Pertanian Vertikal
(adr/odi)