Siapa sangka miliarder ini dulunya seorang supir truk. Nasibnya berubah usai sukses bisnis peyek kepiting yang modal awalnya hanya Rp 100 ribu. Seperti apa kisahnya?
Adalah Filsa Budi Ambia, pria asal Banyumas yang kini nasibnya berubah total. Dulu hidupnya sangat sulit dengan lilitan hutang ratusan juta rupiah. Ia sempat mencoba beberapa kali bisnis makanan, namun tetap merugi.
Dengan amunisi terakhir berupa modal Rp 100 ribu, ia terpikir membuat peyek kepiting. Filsa memasarkannya sebagai oleh-oleh khas Balikpapan yang memang terkenal dengan kepiting lezatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan merek Kampoeng Timoer dan Mister Crabs, Filsa sukses memasarkan peyek kepiting. Produknya bahkan berhasil masuk ritel-ritel modern seperti minimarket dan supermarket.
Seperti apa kisah Filsa dalam menekuni bisnis peyek kepiting? detikFood merangkum informasinya dari YouTube Rico Huang (21/4) seperti berikut:
1. Jadi supir truk hingga bisnis ayam goreng
![]() |
Ditanyai soal kisah hidupnya sebelum sukses jadi pebisnis, Filsa bercerita mengenai kehidupannya di Balikpapan. Saat itu ia ikut sang om tinggal di sana, hingga akhirnya Filsa mendapat pekerjaan sebagai supir truk di sebuah perusahaan tambang batu bara.
"Secara gaji masih UMR, saat itu sekitar Rp 2 juta (tahun 2007). Tapi di sana biaya hidup tinggi banget. Jadi cuma cukup buat hidup aja," kata Filsa. Lalu di tahun 2010 ia ikut sebuah seminar bisnis. "Wah, ini yang gue cari. Singkat cerita, gue buka bisnis ayam goreng. Setelah 4 bulan, gagal," tuturnya.
Filsa saat itu dalam posisi sudah bertunangan dengan kekasihnya. Namun di tengah bisnisnya yang bangkrut, ia putuskan untuk tetap menikah guna menghindari fitnah. "Dari mana ini uang," katanya. Setelah memutar otak, akhirnya ia berhasil menikah dengan 'modal' kartu kredit dan bantuan teman. Meski setelah itu dirinya alami kesulitan finansial untuk membayar tagihan kartu kredit yang mencapai sekitar Rp 100 juta.
2. Peyek kepiting, bisnis modal Rp 100 ribu
![]() |
Setelah bisnis ayam goreng gagal, Filsa coba bisnis martabak mini namun lagi-lagi gagal. "Singkat cerita, nganggur lagi saya. Amunisi terakhir saya pada Desember 2012, saya mikir 'bisnis apa ya'?" Ia lantas terpikir kepiting. Selama ini Balikpapan terkenal dengan kepitingnya, tapi belum ada olahan makanan kepiting yang berupa camilan.
Tapi lagi-lagi Filsa terkendala modal. Sampai akhirnya ia dan istri menggadaikan cincin kawin mereka. "Dapat Rp 1,8 waktu itu, buat bayar kontrakan rumah yang sudah nunggak, dan lain-lain. Sisanya Rp 100 ribu," ujar Filsa.
Ternyata modal itu berhasil membawa dirinya hidup lebih baik. Ia berhasil membesarkan Kampoeng Timoer yang menjadi brand oleh-oleh populer di Balikpapan saat ini.
3. Konsep peyek unik
![]() |
Filsa memikirkan produk peyeknya harus berbeda dengan peyek-peyek yang sudah ada. Jika biasanya peyek berukuran lebar dan jadi pendamping nasi, ia memilih bikin peyek kepiting yang ukurannya kecil dan lebih diperuntukkan sebagai camilan.
Filsa lantas memberikan tester peyek kepiting pada teman-temannya. Ternyata respons mereka positif dan mengatakan rasanya enak. "Efek bola salju berlaku," katanya. Hingga akhirnya peyek kepiting jadi terkenal bahkan sampai dibina pemerintah daerah.
Ia lantas sangat fokus pada kemasan peyek kepiting. Karena menurutnya kemasan adalah iklan 1 detik yang bisa membuat seseorang tertarik membeli.
Filsa memproduksi peyek kepiting dengan beberapa varian rasa. Ada Original, Pedas, Seafood, dan Lada Hitam. Semuanya di bawah merek Kampoeng Timoer yang fokus mengolah hasil laut seperti cumi, udang, dan kepiting sebagai camilan. Kini peyek kepiting buatannya bahkan sudah dijual di banyak minimarket.
Baca Juga: Cerita Mantan Chef Hotel Bintang 5 yang Kini Jualan Nasi Campur Rp 10.000
4. Awalnya dapat kritik tajam dari pembeli
![]() |
Filsa mengaku awalnya belajar bikin peyek dari tetangga. Hanya saja saat itu yang diajarkan cara membuat peyek kacang. Ia kemudian menjual peyek seharga Rp 2 ribu lalu mendapat kritik tajam dari seorang pembelinya. "Lu jual Rp 2 ribu, kayanya kapan?"
Pertanyaan dan hitung-hitungan dari pembeli itu seolah menampar Filsa. Ia lantas direkomendasikan untuk menjual peyek lebih mahal. Salah satu kuncinya ialah melalui kemasan. Tapi Filsa berpikir tak ada keistimewaan dari peyek kacang sehingga ia putuskan ganti jualan peyek kepiting karena ada nilai uniknya.
Filsa melakukan uji coba resep sendiri sampai menemukan yang enak. Ia kemudian menjual peyek kepiting seharga Rp 25 ribu dan mulai mendapat untung.
5. Tips untuk sukses berbisnis
![]() |
Menjalani banyak jatuh bangun di dunia bisnis makanan, Filsa punya tips untuk pebisnis atau UMKM lainnya. Yang terpenting adalah kemasan. "Kalau kemasan bagus, hanya dari aspek visual, orang pasti beli," katanya.
Selain itu baru perkuat rasa. Dengan kombinasi kemasan yang bagus dan rasa yang enak, produk makanan pasti laku terjual.
Ia bahkan sudah punya buku soal meraup untung miliaran rupiah dari kemasan makanan yang bagus. "Isianya detail dan pengalaman saya yang sudah saya praktekkan (dalam berbisnis makanan)," katanya.
Baca Juga: Tajir Melintir! Ini 5 Bocah yang Sukses Jadi Pebisnis Makanan
(adr/odi)