Ritual panen padi menjadi budaya di beberapa daerah. Salah satunya Naik Dango, ritual panen yang dilakukan oleh suku Dayak, Kalimantan setiap tahunnya.
Disebut sebagai sumber penghidupan, sejak dulu padi dan beras melambangkan kemakmuran di setiap daerah. Tak hanya di Pulau Jawa saja, tradisi panen pun juga kental dalam budaya suku Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat.
Suku Dayak Kanayatn sendiri merupakan satu dari sekian banyak sub suku Dayak yang ada di Kalimantan. Penyebaran suku Dayak Kanayatn ini ada di Kabupaten Mempawah, Landak, Kubu Raya hingga Bengkayang. Setiap tahunnya mereka selalu menggelar tradisi Naik Dango ketika musim panen tiba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari berbagai sumber berikut lima fakta seputar tradisi Naik Dango di Kalimantan.
1. Tradisi Panen khas Suku Dayak Kanayatn.
![]() |
Ritual Naik Dango diselenggarakan setiap setahun sekali tepatnya tanggal 27 April. Acara ini merupakan tradisi sekaligus budaya kuno dari suku Dayak Kanayatn untuk memanjatkan rasa syukur atas hasil panen padi kepada sang pencipta.
Sang pencipta disebut sebagai Jubata, yang memberikan berkah melimpah melalui hasil panen padi yang menjadi lambang kemakmuran. Selain itu Naik Dango erat kaitannya dengan ritual doa yang digelar oleh suku Dayak.
Suku Dayak percaya bahwa dengan memanjatkan rasa syukur dan doa ketika Naik Dango, maka akan membuat hasil panen semakin melimpah di musim yang akan datang. Selain itu acara doa ini juga dipercaya untuk menangkal bencana sekaligus gangguan hama di sawah.