Setiap bulan puasa, ada takjil ikonik yang dinanti masyarakat Solo yakni bubur samin. Siapa sangka, bubur ini sebenarnya asli dari Banjar, Kalimantan.
Ada pemandangan meriah setiap jelang maghrib di halaman Masjid Darussalam, Jayengan, Solo. Puluhan orang selalu antre untuk dapat menikmati semangkuk bubur samin. Ya, bubur ikonik ini tak pernah absen saat Ramadhan tiba. Apa keistimewaannya?
Tradisi pembagian bubur samin gratis ini sudah lama dilakukan. Berawal dari tahun 1985 dan hingga kini tradisi bagi-bagi takjil bubur samin masih terus dilakukan. Dahulu yang antre bubur samin ini hanya warga Solo tetapi sekarang banyak juga warga dari luar Solo yang ikut mengantre demi berbuka puasa dengan bubur samin.
![]() |
Baca juga : Ada Bubur Samin hingga Kicak, Takjil Legendaris Khas Joglosemar
Jika diusut sejarahnya, banyak yang mengatakan kalau sebenarnya bubur samin ini sudah jadi sajian berbuka puasa di Masjid Darussalam sejak 1930. Kala itu bubur samin hanya untuk konsumsi kalangan internat Masjid Darussalam. Dahulu juga masjid ini tidaklah megah, hanya sebuah langgar sederhana.
Barulah pada tahun 1965, langgar dirobohkan dan diganti dengan bangunan masjid permanen. Bubur samin masih terus disajikan namun dengan porsi yang lebih besar. Kalangan pengurud masjid dan warga sekitar bisa menikmati bubur ini sebagai kudapan berbuka puasa setiap bulan Ramadhan.
Setiap tahunnya, peminat bubur samin ini semakin banyak. Oleh karenanya sejak tahun 1985, panitia masjid membuat bubur samin ini dalam porsi yang jauh lebih banyak. Bubur juga mulai dibagikan ke masyarakat luas setiap sore hari menjelang berbuka puasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Awal penyajian bubur samin ini sebenarnya untuk mengobati rasa rindu masyarakat Banjar yang saat itu banyak tinggal di Solo. Kawasan Masjid Darussalam memang terkenal sebagai daerah yang banyak didiami perantau asal Banjar, Kalimantan. Mereka tinggal di perkampungan di kawasan Jayengan, Serengan, Solo.
Bukan hanya bubur samin, masyarakat dahulu juga menghadirkan menu khas Banjar lainnya seperti nasi abang kuning dan soto banjar. Namun bubur samin jadi yang paling favorit, akhirnya menu ini yang eksis disajikan sampai sekarang.
Setiap Ramadhan, masyarakat selalu memenuhi masjid Darussalam untuk mendapatkan semangkuk bubur samin. Saking populernya, tidak hanya warga Solo, bahkan warga luar Solo rela datang hanya untuk bisa mencicipi sensasi bubur samin yang legendaris. Seperti dari Rembang, Semarang, Jogja, Klaten, dan juga berbagai daerah lainnya.
Setiap hari selama Ramadhan, pengurus masjid setidaknya menyiapkan lebih dari 1.000 porsi bubur samin. Sekitar 900 porsi bubur akan dibagikan gratis untuk masyarakat, sementara sisanya akan disantap bersama sebagai menu berbuka di masjid.
![]() |
Baca juga : Begini Kelezatnya Bubur Samin Masjid Darussalam Solo yang Bikin Kangen
Bubur samin ini hadir dengan rasa rempah yang kuat karena diracik dengan beberapa bumbu dan rempah seperti bawang merah, bawang putih, kayu manis, kapulaga, jahe, lengkuas dan minyak samin. Bumbu ini dimasak bersama beras, santan, sayuran dan potongan daging sapi.
Sebuah panci berukuran besar selalu menjadi wadah masak bubur ini setiap tahun. Uniknya, juru masak bubur samin ini kebanyakan adalah kaum Adam. Mereka mulai memasak sejak bada Dzuhur dan bubur mulai dibagikan lepas Ashar.
(dvs/odi)