Makanan Kalengan Sering Dipilih Untuk Stok, Ini Fakta Uniknya

Makanan Kalengan Sering Dipilih Untuk Stok, Ini Fakta Uniknya

Devi Setya - detikFood
Rabu, 18 Mar 2020 17:30 WIB
Makanan Kalengan Sering Dipilih Untuk Stok, Ini Fakta Uniknya
Jakarta - Makanan kalengan jadi incaran untuk stok saat terjadi lockdown akibat virus corona. Ternyata makanan kalengan lebih bagus kualitasnya dibanding yang segar.

Ketika membandingkan makanan segar dengan makanan kalengan, hal yang paling terlihat mencolok adalah soal masa simpannya. Makanan kalengan bisa bertahan lama dalam suhu ruang dalam waktu lama. Sementara makanan segar akan cepat membusuk ataupun rusak.

Banyak orang bertanya seputar 'rahasia' makanan kaleng yang bisa bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Orang mengira ada banyak bahan pengawet yang ditambahkan ke dalam makanan kaleng padahal hal ini tidak sepenuhnya benar.

Makanan kalengan juga diklaim memiliki sedikit nilai gizi dibandingkan makanan segar, padahal kalau diolah dengan baik dan benar serta dikonsumsi secara bijak, makanan kalengan juga mengandung nutrisi tinggi.

Berikut beberapa fakta seputar makanan kalengan yang harus Anda ketahui.

1. Sejarah makanan kalengan

makanan kalengan Foto: istimewa

1. Sejarah makanan kalengan
Proses pengalengan makanan pertama kali ditemukan pada awal tahun 1800-an oleh chef yang juga ahli pembuat lilin, Nicolas Appert. Pria asli Prancis ini menggunakan sistem vakum panas dan lilin setelah Napoleon Bonaparte mencari cara untuk mengemas makanan untuk pasukannya.

Appert pertama kali mulai menyegel makanan dalam stoples kaca dengan mengandalkan lilin. Lambat laun ia memanfaatkan kaleng sebagai wadah makanan. Sistem pengalengan ini kemudian menjadi sangat populer dan dikenal hingga saat ini.

Proses pengalengan yang dilakukan Appert ini adalah bentuk sterilisasi, ia menggunakan panas untuk membunuh bakteri dalam makanan. Hal ini pernah juga diterapkan oleh Louis Pasteur pada tahun 1864. Bahan makanan yang menjadi awal percobaan pengalengan ini adalah susu dan jus buah.

Baca juga : Setelah Dibuka Apakah Makanan Kaleng Boleh Disimpan di Kulkas?

2. Teknik pengalengan

makanan kalengan Foto: istimewa

2. Teknik pengalengan
Sejak awal ditemukan, proses pengalengan dilakukan dengan mengandalkan teknik vakum yang mengeluarkan semua udara dalam kemasan. Kemudian kaleng disterilisasi dengan cara dipanaskan sehingga bakteri dalam kemasan bisa mati sepenuhnya.

Dengan teknik vakum dan sterilisasi, makanan kalengan sebenarnya tidak lagi membutuhkan tambahan pengawet. Berbagai bahan tambahan seperti gula, garam atau cuka dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami sekaligus sebagai penambah rasa.

Kini makanan kalengan telah berevolusi menjadi makanan modern yang dikenal praktis dan tahan lama. Kemasan kaleng yang digunakan saat ini juga lebih tebal dan kuat sehingga lebih tahan jika diberi panas ekstra. Sayangnya, proses pemanasan ini membuat nilai gizi makanan lebih berkurang daripada aslinya.

3. Kandungan gizi lebih rendah

makanan kalengan Foto: istimewa

3. Kandungan gizi lebih rendah
Ada banyak anggapan kalau makanan kalengan mengandung nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan makanan segar. Hal ini memang benar adanya dikarenakan proses pengalengan dengan suhu tinggi.

Paparan panas pada makanan ini yang membuat beberapa nutrisi makanan menjadi rusak. Demikian juga dengan kandungan vitamin dalam makanan yang jika didiamkan terlalu lama maka akan semakin rendah nilainya.

Makanan kalengan tidak direkomendasikan untuk dijadikan menu utama yang disantap setiap hari. Sebaiknya menerapkan kombinasi makanan saat mengonsumsi makanan kaleng jadi tubuh masih mendapatkan asupan nutrisi dari makanan segar.

4. Kaleng dianggap berbahaya

makanan kalengan Foto: istimewa

4. Kaleng dianggap berbahaya
Hingga saat ini kaleng yang terbuat dari baja dengan lapisan timah masih diandalkan sebagai wadah terbaik untuk mengemas makanan. Meskipun ada juga yang membuat makanan kalengan dengan wadah stoples kaca, namun dari sisi ekonomis,kaleng masih menjadi primadona.

Kebanyakan orang menghindari makanan kaleng karena khawatir akan kemasan yang digunakan. Kaleng mengandung bahan kimia berbahaya, salah satunya Bisphenol A (BPA). Zat kimia ini dijadikan lapisan pelindung pada kaleng makanan dan minuman.

Namun tak perlu khawatir karena produsen makanan kalengan pastinya sudah menakar kadar BPA yang aman digunakan. Sebagai pembeli, Anda juga harus teliti. Hindari makanan kaleng yang memiliki kemasan buruk seperti kaleng penyok, menggelembung ataupun berkarat.

Baca juga : Wow, Kaleng Makanan Ini Berisi 12 Menu Komplit Sekaligus!

5. Cara mengonsumsi makanan kalengan

makanan kalengan Foto: istimewa

5. Cara mengonsumsi makanan kalengan
Meskipun praktis, mengonsumsi makanan kalengan tetaplah harus bijak. Sah saja menjadikan makanan kalengan sebagai stok bahan makanan namun perhatikan saran penyimpanan dan penyajiannya.

Makanan kalengan bisa disimpan dalam suhu ruang di tempat sejuk yang tidak terpapar sinar matahari langsung. Ketika akan diolah, makanan kalengan harus diolah sekaligus atau pindahkan makanan kaleng dalam wadah lain jika hanya ingin menggunakannya sebagian.

Hindari menyimpan sisa makanan kalengan dalam kemasan aslinya karena kandungan metal pada kaleng bisa merusak kualitas makanan ketika sudah terkena udara. Jangan pernah menjadikan kaleng kemasan makanan sebagai wadah untuk menyimpan makanan lain. Kaleng kemasan ini bukan untuk digunakan berkali-kali.

Halaman 2 dari 6
(dvs/odi)

Hide Ads