Pemerintah China mengeluarkan larangan perdagangan daging hewan liar. Hal ini membuat peternakan ular di China mengalami kerugian yang sangat besar.
Yang Xiaoxia merupakan peternak daging ular di Deqing, Provinsi Zheijang, yang tak pernah menyangka bahwa di tahun 2020 dia akan mengalami kerugian yang tak terhitung jumlahnya. Semuanya karena virus corona.
Baca Juga: Resep Empon-empon, Penangkal Virus Corona
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Global Times (10/03), kondisi ini semakin parah ketika pemerintah China melarang semua perdagangan hewan liar sejak akhir Januari lalu.
![]() |
"Tidak ada ular yang boleh dijual di China, dan sekarang kami menderita kerugian finansial karena semua ular miliki kami tidak bisa dijual. Selain itu ada lebih dari 1 juta yuan (Rp 2 miliar) yang belum dibayar pelanggan kami setelah membeli ular," tutur Yang.
Sebelum virus corona menyerang China, setiap tahunnya Yang bisa mengumpulkan keuntungan bersih sebanyak 200,000 yuan (Rp 411 juta). Kini Yang masih memiliki 19,350 ekor ular di peternakannya yang bernilai lebih dari 1 juta yuan.
Peternak ular berusia 32 tahun ini bukan satu-satunya yang mengalami kerugian besar dari virus corona. Wilayah Deqing tepatnya desa Zisiqao, sejak dulu terkenal sebagai desa ular karena banyaknya peternak ular di sana.
![]() |
Menurut Zhang Fan selaku pegawai pemerintahan di kota Xinshi, 90% orang-orang yang tinggal di Zisiqiao berprofesi sebagai peternak daging ular. Tentunya beternak ular merupakan sumber penghasilan utama mereka.
Setiap tahunnya desa ini bisa menghasilkan uang mencapai 30 juta yuan (Rp 61 miliar) dari perdagangan ular saja. Tapi karena larangan dari pemerintah membuat semua peternak tak bisa menjual ular-ular ini.
"Saya sudah berusaha menjual beberapa produk pertanian seperti bambu, teh, dan telur lewat aplikasi WeChat untuk mencari penghasilan tambahan. Sementara untuk beberapa peternak daging ular lainnya, mereka mencari pekerjaan sampingan dengan bayaran yang rendah. Ada yang beralih berjualan ikan dan seafood, ada juga yang berdiam diri di rumah tanpa penghasilan," jelas Yang.
![]() |
Yang sendiri mengaku bahwa dia sudah menekuni peternakan ular ini sejak dulu. Setelah dia dan suami lulus dari Zheijang Chinese Medical University. Pasangan muda ini menjual ular-ular mereka untuk diolah menjadi obat yang disebarkan ke Asia, Eropa, dan Amerika.
"Kami harus menunggu kebijakan terbaru dari pemerintah ketika wabah virus corona ini dapat dikendalikan di China," pungkas Yang.
Hingga saat ini sudah ada 110,029 kasus virus corona di 105 negara. Dengan jumlah korban jiwa mencapai 3,817 orang.
Baca Juga: Dampak Virus Corona, Merek Bir Corona Dikira Terkait Virus Berbahaya Ini
(sob/odi)